tag:blogger.com,1999:blog-86592494875583228492024-02-03T01:48:39.036+07:00Arga Makmur KotakuTenteram, Rapi, aman dan IndahWelcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.comBlogger23125tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-29613475646179538882009-06-15T14:37:00.001+07:002009-06-15T14:39:35.523+07:001892 siswa smu bengkulu tidak lulus UN<a href="http://argamakmur-blog.blogspot.com">Sebanyak 1.892</a> siswa setingkat SMU/ sederajat di Provinsi Bengkulu tidak lulus UN dari 20.028 orang yang ikut dalam ujian tersebut.
“Tingkat ketidaklulusan UN di Provinsi Bengkulu memang relatif masih tinggi, namun bila dibandingkan dengan tahun 2008 cenderung menurun,” kata Sekretaris UN Provinsi Bengkulu, Budianta di Bengkulu, Sabtu.
Ia juga menjelasakan, ketidaklulusan tertinggi terjadi pada siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) yang mencapai 12,99 persen atau 599 siswa dari total peserta UN SMK yang mencapai 4.610 orang.
Mengenai tingkat kelulusn, menurut dia, secara persentasi menapai 91,61 persen, atau meningkatkan dibandingkan kelulusan pada UN 2008 yang hanya 82,17 persen.
“Walaupun standar kelulusan naik menjadi 5,50 tingkat kelulusan UN di Provinsi Bengkulu mengalami peningkatan,” katanya.Untuk tingkat SMA dan MA persentase kelulusan meningkat dari 82,17 persen tahun 2008, menjadi 91,61 persen tahun 2009, SMK naik menjadi 87,01 persen dari sebelumnya 84,23 persen.
Jika dilihat dari kelulusan per jurusan, persentase kelulusan SMA/MA jurusan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mencapai 10,12 persen, dari 9.341 siswa jurusan IPS.
Kemudian jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) 5,85 persen, dari 5.882 siswa peserta UN, jurusan bahasa yang paling rendah yakni cuma 2,04 persen dari 196 siswa peserta.
“Target kami sesuai dengan harapan pemerintah daerah yaitu tingkat kelulusan hanya 90 persen namun ternyata bisa terlampaui,” ujarnya.
Budianta juga berharap, dengan dukungan semua pihak dan kerja keras bersama, tingkat kelulusan UN di Provinsi Bengkulu setiap tahun terus mengalami peningkatan baik dari kauntitias maupun kualitas.
“Saya yakin hasil UN kita baik kuantitas maupun kualitasnya akan terus lebih baik, asal ada usaha dan dukungan semua pihak,” katanya. ant
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-67662284018293102132009-06-03T12:09:00.002+07:002009-06-03T12:16:37.754+07:00Seni Musik Panting<span style="color: rgb(255, 0, 0);">A. SEJARAH MUSIK PANTING</span>
Pada awalnya musik panting berasal dari daerah Tapin, Kalimantan Selatan. Panting merupakan alat musik yang dipetik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi ukurannya lebih kecil. Pada waktu dulu musik panting hanya dimainkan secara perorangan atau secara solo. Karena semakin majunya perkembangan zaman dan musik panting akan lebih menarik jika dimainkan dengan beberapa alat musik lainnya, maka musik panting sekarang ini dimainkan dengan alat-alat musik seperti babun, gong,dan biola dan pemainnya juga terdiri dari beberapa orang. Nama musik panting berasal dari nama alat musik itu sendiri, karena pada musik panting yang terkenal alat musik nya dan yang sangat berperan adalah panting, sehingga musik tersebut dinamai musik panting. Orang yang pertama kali memberi nama sebagai musik panting adalah A. SARBAINI. Dan sampai sekarang ini musik panting terkenal sebagai musik tradisional yang berasal dari Kalimantan Selatan.
<span style="color: rgb(255, 0, 0);">B. TOKOH-TOKOH MUSIK PANTING</span>
Pada umumnya orang yang memainkan musik panting adalah masyarakat Banjar. Tokoh yang paling terkenal sebagai pemain panting adalah A. SARBAINI. Dan ada juga group-group musik panting yang lain. Tetapi sekarang ini seiring dengan adanya perkembangan zaman group musik panting menjadi semakin sedikit bahkan jarang ditemui.
<span style="color: rgb(255, 0, 0);">C. ALAT-ALAT MUSIK PANTING</span>
Alat-alat musik panting terdiri dari :
a. Panting, alat musik yang berbentuk seperti gabus Arab tetapi lebih kecil dan
<div class="fullpost">
memiliki senar. Panting dimainkan dengan cara dipetik.
b. Babun, alat musik yang terbuat dari kayu berbentuk bulat, ditengahnya terdapat lubang, dan di sisi kanan dan kirinya dilapisi dengan kulit yang berasal dari kulit kambing. Babun dimainkan dengan cara dipukul.
c. Gong, biasanya terbuat dari aluminium berbentuk bulat dan ditengahnya terdapat benjolan berbentuk bulat. Gong dimainkan dengan cara dipukul.
d. Biola, sejenis alat gesek.
e. Suling bambu, dimainkan dengan cara ditiup.
f. Ketipak, bentuknya mirip tarbang tetapi ukurannya lebih kecil, dan kedua sisinya dilapisi dengan kulit.
g. Tamburin, alat musik pukul yang terbuat dari logam tipis dan biasanya masyarakat Banjar menyebut tamburin dengan nama guguncai
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-35926507525440473762009-06-02T11:41:00.000+07:002009-06-02T11:43:27.309+07:00Vaksin Obat KankerHarapan baru terbit dalam terapi pengobatan penyakit yang jadi momok banyak orang. Setelah operasi, kemoterapi, dan radiasi, dunia kedokteran akhirnya menemukan cara lain untuk mengatasi kanker, yakni menggunakan pelawan alami tubuh, sistem imun.
Pendekatan keempat itu oleh para ahli disebut sebagai vaksin kanker kendati sifatnya adalah pengobatan, bukan pencegahan. Namun, ini adalah sebuah langkah baru dalam pengobatan penyakit mematikan itu setelah kurun waktu 30 tahun penelitian.
Pada konferensi mengenai kanker, kemarin (31/5), salah seorang peneliti mengatakan, vaksin ini akan menjaga sel kanker mengganas dalam jangka waktu setahun. Dalam pengobatan kanker hal tersebut adalah sebuah langkah besar, mengingat keberhasilan sebuah terapi biasanya diukur dalam hitungan minggu atau bahkan hari.
Dalam sebuah percobaan terhadap tiga penyakit, kanker prostat, penyakit kulit melanoma, dan tumor neuroblastoma yang sering menyerang anak-anak, vaksin ini menunjukkan hasil yang positif dalam beberapa minggu.
"Kami belum tahu apakah yang kami lakukan akan membuat perbedaan besar," kata Dr Len Lichtenfield dari American Cancer Society.
Berbeda dengan penyakit yang disebabkan oleh virus, seperti flu atau polio, di mana mudah dikenali oleh sistem imun karena mereka punya bentuk berbeda dari sel manusia, masalah terbesar dalam pengobatan kanker adalah sistem imun kita sering tak "melihat" kanker sebagai lawan.
"Sel kanker berasal dari sel kita sendiri sehingga sistem imun kita sering tak bisa membedakannya dengan sel yang normal," papar Dr.Patrick Hwu dari M.D Anderson Cancer Center, Universitas Texas, AS.
Pada terapi vaksin kanker ini para ahli mengambil zat inti dari permukaan sel kanker lalu menggantinya dengan sesuatu yang sudah dikenali sebagai benda asing oleh sistem imun. Pada kasus limfoma atau kanker getah bening, para ahli memakai protein kerang. "Ini seperti melatih sistem imun untuk membunuh sel jahat," kata Hwu.
Agar serangan semakin kuat, para dokter menambah sesuatu yang oleh sel imun dianggap sangat berbahaya dan perlu dilawan segera.
Sumber :<a href="http://mklh-aisyiyah-sumut.blogspot.com/2009/06/ditemukan-cara-baru-untuk-mengatasi.html">http://mklh-aisyiyah-sumut.blogspot.com</a>
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-54490755875017287632009-05-29T23:02:00.001+07:002009-05-29T23:05:40.370+07:00Pemanfaatan Kulit Padi Menjadi ABU GOSOKBagi anda khusus nya Petani Padi..Kulit padi dari hasil Heler bermanfaat lo...bagi anda yang mau cobat ne ada resepnya cara pembuatannya..
1. Bahan : 1. Kulit Padi
2. Minyak Tanah
3. Sabut Kelapa
4. Korek Api
2. Alat : 1. Cangkul
3. Cara Pembuatan
• Ambil kulit padi dan sabut kelapa lalu siramkan minyak tanah di atas kulit padi dan sabut kelapa tersebut, Kmudian tunggu sekitar satu malam untuk membakar kulit padi hingga kulit padi benar-benar habis (memutih). Ambillah kulit padi tidak (belum) bewarna putih, sehingga masih bewarna hitam maka kulit padi belum bisa digunakan, Apabila kulit padi sudah benar-benar hancur/ bewarna putih maka tunggu hingga dingin dan pula dibalik-balik dengan menggunakan cangkul, setelah dingin Abu Gosok siap untuk digunakan.
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-22151173944075673502009-05-29T22:53:00.000+07:002009-05-29T22:58:25.981+07:00Gunung Api Terbesar Baru Di TemukanPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) barusan mengeluarkan berita tentang penemuan Gunung Api raksasa di Indonesia yang tingginya 4.600 mdpl….Wuih….Subhanallah….
Gunung yang baru ditemukan itu berada di Palung Sunda, di Barat Daya Sumatera, kira-kira 330 km dari Propinsi Bengkulu, di kedalaman 5.900 meter dan puncaknya ada di kedalaman 1.280 meter dari permukaan laut dengan diameter 50 km. Lagi-lagi WoW…Subhanallah…
Jika dilihat dari posisinya, gunung yang rawan letusan ini dapat memicu terjadinya tsunami, oleh karena itu pemerintah beserta lembaga-lembaga terkait juga peneliti perlu segera melakukan antisipasi terhadap bahaya-bahaya yang dimungkinkan akan terjadi jika gunung tersebut meletus atau beraktivitas.
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-73038956468354249712009-05-29T22:03:00.000+07:002009-05-29T22:18:50.730+07:00PULAU ENGGANO TERUS MENYEMPIT<span style="font-style: italic;">Sumber: TvOne.co.id, 23 Mei 2009</span>
Pulau Enggano, Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara terus mengalami penyempitan bahkan dalam beberapa tahun ke depan diperkirakan akan hilang.
“Pada 1960-an panjang pulau ini 45 km dan luasnya 18,5 km, tetapi saat ini panjangnya tinggal 40 km dan lebar 17 km,” kata Koodinator Enam Kepala Suku di Enggano Rafli Zen Kaitora di Bengkulu, Sabtu.
Rafli mengatakan penyempitan daratan akibat gerusan ombak ini semakin parah dalam lima tahun terakhir di mana diperkirakan daratan yang sudah ambles ke laut mencapai 40 meter.
Hal itu, kata dia, terbukti dari keberadaan benteng peninggalan Jepang di Kahyapu yang pada 1960-an masih berjarak 30 meter dari tepi pantai, tetapi saat ini sudah berada di dalam laut.
“Benteng itu sekarang sudah di dalam laut, jadi diperkirakan terjadi penyempitan daratan sepanjang 40 meter,” katanya.
Menurut dia, jika abrasi semakin tinggi maka tidak menutup kemungkinan Pulau Enggano akan hilang.
<div class="fullpost">
Kepala Suku Kaitora ini mengatakan untuk menahan laju penyempitan daratan akibat gerusan ombak, pihaknya pada 2008 sudah mengajukan pembangunan pemecah gelombang (break water) sepanjang 500 meter di antara Desa Malakoni dan Apoho yang tingkat abrasinya paling tinggi.
Namun hingga saat ini usul tersebut belum direspons baik oleh Pemkab Bengkulu Utara maupun Pemprov Bengkulu.
Ketua Pengurus Wilayah Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Bengkulu Khaitami Sulani mengatakan pemerintah harus memberikan perhatian khusus pada pulau Enggano yang kondisinya semakin memprihatinkan.
Menurut dia, jika tidak dilakukan pengamanan maka masyarakat dan pulau tersebut terancam hilang.
“Kami sudah menjalin kerja sama dengan masyarakat adat di Pulau Enggano untuk membantu mereka mempertahankan pulau tersebut, salah satunya dengan melakukan penanaman bakau di kawasan pesisir,” katanya.
Masyarakat adat, menurut dia, harus diberikan kepercayaan penuh untuk menjaga kelestarian pulau tersebut sesuai dengan hukum adat yang masih dilestarikan masyarakat setempat.
Selain itu pemberdayaan ekonomi masyarakat juga harus ditingkatkan selain peningkatan kualitas infrastruktur dan kesehatan masyarakat.
Pulau Enggano saat ini dihuni lebih dari 780 kepala keluarga dengan jumlah jiwa lebih 2800 orang. Enam suku yang mendiami pulau ini adalah Suku Kaitora, Suku Kauno, Suku Kaahua, Kaaruba dan Kaharubi.
Sementara masyarakat pendatang, oleh enam suku yang mendiami pulau terluar Indonesia tersebut diberi nama Suku Kamay.
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-88379440902305136552009-05-29T21:40:00.000+07:002009-05-29T21:41:31.905+07:00Aksara KaganggaMasyarakat Sumatera Selatan telah memiliki budaya tulis yang tinggi jauh sebelum masa Kerajaan Sriwijaya. Kini budaya tulis yang diwujudkan dalam sistem aksara tersebut di ambang punah. Salah satu penyebabnya, para pewaris naskah kuno cenderung mengkeramatkan benda tersebut. Terdorong oleh perasaan takut akan hilangnya budaya tulis Sumsel, Ahmad Bastari Suan (61) seorang guru SMP Srijayanegara Palembang terus bergerilya untuk melestarikan budaya tulis setempat.
Ahmad adalah salah satu dari sedikit orang di Sumsel yang mampu membaca dan mengartikan Surat Ulu atau Naskah Ulu yang ditulis dalam aksara Kaganga.
<div class="fullpost">
Istilah Surat Ulu atau Naskah Ulu dipakai untuk menyebut naskah kuno yang hanya ditemukan di daerah pedalaman Sumsel atau disebut daerah Ulu. Naskah tersebut tidak ditemukan di daerah pesisir Sumsel seperti Palembang tapi di daerah pedalaman seperti Pagar Alam, Lahat, Kayu Agung, dan Ogan Komering Ulu.
Menurut Ahmad Bastari, cara membaca aksara Kaganga dipelajarinya tahun 1973 dari seorang kakek bernama Senoetoep yang saat itu usianya lebih dari 100 tahun. Kebetulan kakek Senoetoep tinggal di Dusun Sadan, Kecamatan Jarai tak jauh dari Dusun Ahmad.
“Saya tertarik belajar aksara Kaganga setelah melihat dinding rumah kayu di kampung saya banyak tulisan dengan aksara Kaganga yang ditulis memakai kapur. Saya berpikir alangkah ruginya kalau tidak bisa membaca aksara itu," kata Ahmad.
Mempelajari aksara Kaganga tidak terlalu sulit. Ahmad memastikan seseorang sudah bisa membaca aksara Kaganga hanya dengan belajar selama satu bulan.
Aksara Kaganga bentuknya menyerupai huruf paku yang runcing. Bentuk-bentuk huruf mirip aksara Kaganga yang sudah ditemukan pada peninggalan zaman megalitikum di Sumsel. Misalnya di Desa Gunung Megang, Kabupaten Lahat terdapat peninggalan megalitikum yang disebut Batu Kitab karena terdapat goresan-goresan mirip aksara Kaganga.
“Cikal bakal aksara Kaganga diperkirakan sudah ada sejak tahun 200 Masehi. Itu terbukti dengan adanya penemuan batu bertulis dengan aksara mirip aksara Kaganga," kata Ahmad.
Penulisan aksara Kaganga semakin maju. Aksara Kaganga tidak lagi digoreskan di atas batu namun dalam perkembangannya digoreskan di bilah bambu yang disebut Gelumpai, ada juga digoreskan di ruas bambu yang disebut Surat Buluh, di tanduk kerbau, dan ada juga di kulit kayu yang disebut Kitab Kakhas. Bentuk Kitab Kakhas sudah menyerupai buku karena dilipat sedemikian rupa menyerupai buku.
Menurut Ahmad, aksara yang mirip aksara Kaganga bisa ditemukan sejak dari pedalaman Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumsel, Lampung, Sulawesi Selatan, bahkan sampai ke Filipina.
Bahkan, naskah La Galigo dari Sulawesi Selatan diyakini menggunakan aksara yang mirip aksara Kaganga. Anehnya di sepanjang pesisir timur Sumatera seperti Medan, Riau, Jambi, Palembang, dan Bangka tidak ditemukan aksara Kaganga tapi ditemukan aksara Arab Melayu.
“Aksara Kaganga di Sumsel dibagi menurut daerah asal dan usianya. Menurut daerah asal ada aksara Kaganga Besemah, Lembak (sekitar Lubuklinggau), Kayu Agung, Ogan (sepanjang Sungai Ogan dan Sungai Komering), Enim (sekitar Muara Enim), dan Rambutan (sekitar Banyuasin). Sedangkan menurut usianya ada aksara tua dan muda," kata Ahmad.
Aksara Kaganga terdiri dari 28 huruf yaitu ka, ga, nga, pa, ba, ma, ca, ja, nya, sa, ra, la, ta, da, na, kha, ha, mba, ngga, nda, nja, mpa, ngka, nta, nea, kha, wa, ya yang dilengkapi sejumlah tanda baca.
Pada aksara Kaganga dengan dialek Komering akhiran semua huruf dibaca a (ka ga nga), pada dialek Kayu Agung dibaca é (ké gé ngé), pada dialek Besemah dan Ogan dibaca e (ke ge nge), pada dialek Lintang dan Serawai (Lampung) dibaca o (ko go ngo). Sedangkan menurut bentuknya yang ditulis dengan gaya runcing dan ada yang agak melengkung. Aksara Kaganga mirip aksara Jepang dan China, yaitu satu huruf bisa mewakili beberapa huruf sekaligus atau satu suku kata.
Mengenai isi Surat Ulu, Ahmad menjelaskan isinya beraneka ragam mulai silsilah keluarga, mantra-mantra, pengobatan, tuah untuk ayam sebelum disabung, ramalan tentang nasib dan sifat manusia, dan lain-lain.
“Aksara Kaganga tidak berkembang kemungkinan karena terdesak oleh aksara Palawa dan semakin terdesak oleh aksara Arab Melayu. Setiap daerah di Sumsel punya dialek dan bentuk huruf sendiri, kemungkinan karena antarsuku tidak pernah berinteraksi. Ini berbeda dengan di Sumatera Utara dan Lampung yang hanya ada satu jenis huruf," kata Ahmad.
Dikeramatkan
Hambatan yang terbesar dalam melestarikan Surat Ulu justru datang dari para pewaris Surat Ulu yang disebut Jurai Tui. Para Jurai Tui menganggap Surat Ulu itu sebagai barang keramat yang tidak boleh dipegang oleh sembarang orang.
“Pada umumnya Surat Ulu itu hanya jadi barang simpanan dan diselimuti hal-hal gaib serta mistik. Saya pernah bermaksud meminjam Surat Ulu untuk dipelajari tapi saya malah dimarahi. Sikap seperti itu yang membuat sejarah kebudayaan Sumsel tertutup," kata Ahmad.
Oleh karena sikap tertutup itu, Ahmad tidak memiliki satu pun salinan Surat Ulu yang pernah dilihatnya dari sejumlah pewaris Surat Ulu. Ahmad hanya bisa membuktikan bahwa Surat Ulu itu benar-benar ada.
“Saya sering diejek ketika keluar masuk kampung untuk melihat peninggalan megalitikum yang ada di tengah hutan. Katanya untuk apa, bikin kotor baju saja. Kesadaran budaya masyarakat begitu rendah sedangkan pemerintah juga kurang peduli. Penyebabnya karena masyarakat sekarang berpikir materialistis," kata Ahmad.
Untuk menjaga kelestarian Surat Ulu, Ahmad telah menyusun panduan cara membaca Surat Ulu dalam bentuk lembaran-lembaran kertas yang belum dijilid dalam bentuk buku. Kekhawatiran akan punahnya Surat Ulu semakin meningkat karena para pewaris Surat Ulu biasanya menyimpan Surat Ulu di sembarang tempat sehingga semakin cepat hancur dimakan usia.
Selain hancur dimakan usia, ada Surat Ulu yang hilang atau sengaja dihancurkan oleh pewarisnya karena tidak tahu manfaatnya. Ada juga Surat Ulu yang dihancurkan karena dulu takut jatuh ke tangan Belanda atau Jepang.
“Upaya melestarikan Surat Ulu di Sumsel seharusnya dengan memasukkan aksara Kaganga dalam mata pelajaran muatan lokal. Saya tidak bisa mengajarkannya di sekolah karena harus berpedoman pada kurikulum sedangkan di kurikulum tidak ada. Lagipula ada banyak tipe aksara Kaganga di Sumsel, harus ditentukan mana yang akan diajarkan. Saya tidak tahu kapan cita-cita itu terwujud," ujar Ahmad.
Sepengetahuan Ahmad di Sumsel hanya tiga orang yang bisa membaca aksara Kaganga selain dirinya yaitu Suwandi yang tinggal Lubuk Linggau dan Pamong Budaya Ahli pada Museum Balaputradewa, Palembang Rafanie Igama yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Yogyakarta.
Saat ini beberapa Surat Ulu berupa Surat Buluh dapat dilihat di Museum Sultan Mahmud Badaruddin II dan kitab Kakhas dapat dilihat di Museum Balaputradewa. Sebagian besar Surat Ulu masih tersimpan di Perpustakaan Nasional Jakarta.
“Kalau tidak ada yang menyayangi Surat Ulu dan aksara Kaganga, saya takut suatu waktu kekayaan budaya Sumsel ini hilang," kata Ahmad.
http://kompas.com/kompas-cetak/0708/...ok/3763565.htm
Aksara Kaganga
Aksara Kaganga merupakan sebuah nama kumpulan beberapa aksara yang berkerabat di Sumatra sebelah selatan. Aksara-aksara yang termasuk kelompok ini adalah antara lain aksara Rejang, Kerinci, Lampung, Rencong dan lain-lain.
Nama kaganga ini merujuk pada ketiga aksara pertama dan mengingatkan kita kepada urutan aksara di India dan terutama dalam bahasa Sansekerta.
Aksara Batak atau Surat Batak juga berkerabat dengan kelompok ini. Diperkirakan jaman dahulu di seluruh pulau Sumatra dari Aceh di ujung utara sampai Lampung di ujung selatan, menggunakan aksara yang berkerabat dengan kelompok aksara Kaganga ini. Tetapi di Aceh dan di daerah Sumatra Tengah (Minangkabau dan Riau), yang dipergunakan sejak lama adalah huruf Jawi.
Perbedaan utama antara aksara Kaganga dengan aksara Jawa ialah bahwa aksara Kaganga jauh lebih sederhana daripada aksara Jawa.
Aksara Kaganga diperkirakan berkembang dari aksara Pallawa dan aksara Kawi yang digunakan oleh kerajaan Sriwijaya di Sumatra Selatan
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-72199006883839464462009-05-29T21:18:00.003+07:002009-05-29T21:38:20.706+07:00Kata Sapaan Dalam Keluarga bahasa Bengkuluengkulu asli sangat mengindahkan tuturan atau sapaan atau panggilan pada seseorang. Apalagi kepada orang yang usianya lebih tua, tabu kalau sampai memanggil namanya saja seperti memanggil teman sebaya. Karena di Propinsi Bengkulu terdapat beragam bahasa, berikut ini adalah panggilan atau sapaan kepada seseorang menurut bahasa Kota Bengkulu:
* Orang tua laki-laki disapa: Ayah, Bak, atau Abah
* Orang tua perempuan disapa: Mak, Ibu
* Kakak tertua laki-laki disapa: Dang
* Kakak tengah laki-laki disapa: Donga
* Kakak kecil laki-laki disapa: Docik
* Kakak tertua perempuan disapa: Inga
* Kakak tengah perempuan disapa: Ciknga
* Kakak kecil perempuan disapa: Dodo, Cik Anjong, Cik Endek
* Adik terkecil laki-laki atau perempuan disapa: Bungsu
* Paman disapa: Wan
<div class="fullpost">
* Bibi (saudara Ayah atau Ibu) disapa: Cucik, Bucik
* Orang tua Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Datuk
* Orang tua Ayah atau Ibu yang perempuan disapa: Nenek
* Orang tua Datuk atau Nenek disapa: Poyang
* Laki-laki yang sebaya dengan Wan disapa: Pak Uncu
* Perempuan yang sebaya dengan Cucik, Bucik disapa: Uncu
* Kakak Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Bakdang
* Kakak Ayah atau Ibu yang Perempuan disapa: Makdang
* Laki-laki yang sebaya dengan kakak laki-laki disapa: Udo
* Perempuan yang sebaya dengan kakak perempuan disapa: Cuk Udo, Uning
* Anak Paman atau Bibi disapa: Donga (untuk laki-laki) atau Ciknga (untuk perempuan)
* Anak Wan atau anak Cucik disapa: Nakan
* Anak dari cucu disapa: Piyut
* Anak dari Piyut disapa: Cicit
Dalam hal sapaan ini, orang Bengkulu lebih melihat usia ketimbang posisi pada garis keturunan atau silsilah seperti pada masyarakat Jawa. Dalam masyarakat Jawa–dimana istri saya berasal–meski usia saudara sepupu lebih muda dari kita, namun karena ia adalah anak dari Pakde (setara dengan Pakdang), maka kita wajib memanggilnya “Mas” atau “Mbak” (yang keduanya bermakna “Kakak”). Dalam masyarakat Bengkulu, meski anak dari Pakdang usianya lebih muda dari saya, ia tetap harus menyapa saya “Donga” karena saya berusia lebih tua darinya.
Sapaan-sapaan di atas memiliki perbedaan sedikit dengan bahasa Bengkulu yang ada di daerah Selatan, Utara, Rejang dan beberapa daerah Bengkulu lainnya. Namun demikian, umumnya sapaan di atas dipahami oleh banyak orang di Propinsi Bengkulu.
Pemeliharaan ikatan keluarga sangatlah penting bagi penduduk asli di manapun di Indonesia. Tidak terkecuali di Bengkulu. Jika kita lupa bagaimana menyapa seseorang yang masih memiliki hubungan keluarga jauh–seperti ikatan karena lawan bicara adalah cicit dari saudara poyang kita, sepupu dari sepupu poyang kita dan sebagainya–maka kita harus bertanya pada yang bersangkutan, atau orang tua, atau siapa saja yang mengetahui ikatan kekeluargaan itu, untuk mengetahui apa sapaan kita pada lawan bicara itu.
Perubahan zaman telah mengubah orientasi hidup yang lebih materialistik dalam melihat satu hubungan persaudaraan juga memengaruhi ikatan kekeluargaan orang Bengkulu. Arisan Keluarga Besar merupakan salah satu usaha untuk tetap memperkuat ikatan kekeluargaan itu. Juga, Sapaan-sapaan yang ada merupakan bentuk simbol kekeluargaan atau keakraban antarpersonal untuk menjaga ikatan tersebut.
Sapaan-sapaan seperti Ciknga, Dang, Cucik dan lainnya tidak hanya diucapkan seseorang kepada orang lain karena ikatan keluarga atau pertalian darah. Tetangga yang bukan keluarga pun bisa menyapa dengan sapaan yang sama dengan menyesuaikan posisinya sendiri. Contohnya, jika menyapa orang tua teman saya yang usianya lebih muda dari usia orang tua saya, saya dapat menyapa “Wan” untuk Ayah teman saya itu, dan menyapa “Cucik” untuk Ibunya.
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-47246645737771060802009-05-27T16:20:00.000+07:002009-05-27T16:21:32.250+07:00Pola kain batik basurek khas bengkuluMungkin tak semua orang tahu bahwa bengkulu juga mempunyai produk warisab budaya yang berbentuk batik kain batik khas bengkulu itu dikenal dengan nama kain basurek.proses pembuatanya sama dengan proses pembuatan kain batik khas jawa.mamun berbeda dari segi motif maupun warna,motif asli kain basurek yang dikenal sejak ratusan tahun yang lalu bercorak huruf arab gundul.namun terakhir juga dikembangkan dan di campurkan dengan motif bunga raflesia,bunga khas bengkulu.jadi,tidak lengkap rasanya jika kita pergi ke bengkulu tanpa mencari kerajinankain basurek khas bengkulu.pertokoan diwilayah anggut dan penurunan banyak kita temui toko yang menjual kain basurek dan cendera mata khas bengkulu lainnya.
Pembuatan kain basurek bias juga dengan teknologi (printing).selain itu juga dengan proses melukis dengan tangan.
<div class="fullpost">
proses kerajinan tradisional ini dikerjakan turun temurun dirumah-rumah oleh pengrajin.namun tidak meningkatnya permintaan kain basurek.kegiatan melukis kain basurek dengan tangan semakin jarang dilakukan.hal ini lah yang menyebabkan teknologi cap(printing)berkembamg dengan cepat.sebenarnya upaya ini dilakukan agar bias memasyarakatkan kain basurek,hal ini dikarnakan kain basurek dengan teknologi cap(printing)lebih murah dibandingkan dengan cara ditulis selain itu melalui pengembangan motif diharapkan bisa membuat kain basurek tetap terus populer dalam masyarakat.penggunaan motif huruf arab gundul digunakan hanya untuk memenuhi perspektif seni dan keindahan.jadi,mungkin persis hanya bentuk coretan yang sengaja dimiripkan dengan huruf arab.namun motif tersebut sangat sacral,terutama pada pemakaian upacara-upacara adat seperti acara pernikahan dan kematian.selain itu juga digunakan untuk upacara ziarah dan hiasan kamar pengantin.selain itu kain basurek ukuran kecil juga digunakan sebagai ikat kepala laki-laki yang disebut detar.peralatan yang digunakan untuk membuat kain basurek cukup sederhana,hanya menggunakan meja kecil,panic tempat malam (lilin batik),kompor kecil dan canting.sebelum di batik,pada kain katun atau sutra digambar pola basurek,setelah itu pengerjaan membatik di mulai.setiap potongan kain basurek berukuran 2,25 kali 1 meter.dikerjakan 3-4 hari.waktu yang di butuhkan juga tergantung pada kerumitan pola yang digambar.
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-5702610250980656532009-05-27T15:10:00.002+07:002009-05-27T15:15:37.860+07:00Gaji 13 Di BayarBulan Depan gaji 13 Di Bayar
Pembayaran Gaji 13 secara resmi tampaknya memang masi menunggu perintah bayar dari pusat, Hanya saja angin-angin pembayaran dilakukan bulan depan tanpaknya mulai senter berhembus.
Menurut keterangan SEKDA BU. Ir Astiansyah,MM pembayaran gaji 13 PNS memang belum ada informasi jelas kapan akan dibayarkan, hanya saja berdasarkan kebiasaan dan kebijakan pembayaran biasanya dilakukan pada bulan Juni. semua kembali keaturan yang ada, kalau memang natiaturan dan perintahnya dibayar bulan Juni ya akan kita bayarkan. Biasanya gaji 13 itu dibayar untuk membantu penerimaan siswa baru atau saat kenaikan kelas siswa.
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-48969947369407696092009-05-27T15:04:00.002+07:002009-05-27T15:09:32.308+07:00Pembuakaan Pelaksanan diklat Pra Jabatan CPNSDArga Makmur 26 Mei 2009 - Pembuakaan pelaksanaan diklat pra jabatan CPNSD eks honorer angkatan 2007 berlangsung tertib dan lancar. Acara yang dibuka langsung oleh Bupati Bengkulu Utara, Bapak Ir.H.M.Imron Rosyadi,MM ini dihadiri oleh 143 CPNSD.
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-55991743874578579312009-05-26T21:57:00.000+07:002009-05-26T22:18:24.301+07:00Bunga RaflesiaRafflesia yang banyak dikenal masyarakat adalah jenis rafflesia arnoldii. Jenis ini hanya tumbuh di hutan sumatera bagian selatan, terutama Bengkulu. Satu tempat yang paling bagus dan mudah untuk menemukan bunga rafflesia arnoldii ini adalah di hutan sepanjang jalan Bengkulu-Curup setelah Kepahyang. Di Bengkulu sendiri, bunga rafflesia telah dijadikan sebagai motif utama batik besurek (batik khas [...]
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-60936132111774040202009-05-26T21:25:00.000+07:002009-05-26T21:44:14.448+07:00persyaratan praja baruPEMERINTAH KABUPATEN BENGKULU UTARA
SEKRETARIAT DAERAH
Jln. Jend. Sudirman No. 01 Telp. (0737) 522521 Arga Makmur 38611
P E N G U M U M A N
NOMOR : 892.22/ 685 /B.11
Menindak lanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor : 892.2/1176/SJ tanggal 11 April 2006 perihal penerimaan Calon Praja pada Institut Pemerintahan Dalam Negeri (IPDN) T.A 2006/2007, bersama ini diumumkan bahwa Pemerintah Kabupaten Bengkulu Utara memberikan kesempatan kepada Putra dan Putri Bengkulu Utara untuk mengikuti pendidikan pada Ikatan Dinas IPDN dengan persyaratan :
1. Berijazah SLTA/MA dari semua jurusan di wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.
2. Mempunyai Nilai NEM/NUAN/SK minimal 6,50.
3. Berusia serendah-rendahnya 18 Tahun dan setinggi-tingginya 21 Tahun TMT 1 Desember 2006 dibuktikan dengan Akte kelahiran dan KTP di Wilayah Kabupaten Bengkulu Utara.
4. Berbadan Sehat, Tinggi badan minimal 160 CM untuk pria dan 155 CM untuk wanita dinyatakan oleh Tim Penguji Kesehatan RSUD Arga Makmur.
5. Berkelalkuan Baik dinyatakan oleh Polres Arga Makmur untuk persyaratan IPDN dan Pengangkatan CPNS.
6. Belum menikah dinyatakan oleh Kades/Lurah setempat.
7. Sanggup tidak menikah selama mengikuti pendidikan dinyatakan diatas kertas bermaterai Rp.6000.
8. Memperoleh Izin Orang tua / wali yang dinyatakan kertas bermaterai Rp.6000.
9. Daftar Riwayat hidup beserta lampirannya sesuai dengan SK BKN Nomor 11 tahn 2002
10. Pas Photo hitam Putih menghadap kemuka tidak berkaca mata dan kelihatan telinga ukuran 3 X 4 CM 7 (tujuh) lembar.
11. Surat tanda pencari kerja (Kartu Kuning) dikeluarkan oleh Kantor Transmigrasi, Tenaga Kerja dan Sosial Kabupaten Bengkulu Utara.
12. Mengisi Blanko pernyataan yang sudah disiapkan di bagian Kepegawaian Setdakab Bengkulu Utara.
13. Persyaratan point 1 s.d. 12 di buat rangkap 7 (tujuh) di masukkan kedalam maf plastik warna biru.
14. Untuk PNS Depdagri /Pemda diberlakukan persyaratan yang sama kecuali usia setinggi-tingginya 24 Tahun TMT 1 Desember 2006.
15. Berkas Persyaratan diterima di Bagian Kepegawaian diantar langsung oleh Yang bersangkutan paling lambat tanggal 10 Juni 2009.
16. Pantuwal (Pengukuran tinggi Badan dan Cek Fisik) di Kabupaten Bengkulu Utara paling lambat tanggal 10 Juni 2006, Tes Kesehatan tanggal 21 s.d. 24 Juni 2009, Tes Kesemaptaan Tgl. 24 Juni 2009 Tes Psikologi tgl 13 Juli 2006, Tes Akademis tgl 14 Juli 2009 di Propinisi Bengkulu, Pantukhir di Jatinangor tanggal 24 s.d. 26 Agustus 2009.
17. Hal-hal yang belum jelas dapat ditanyakan langsung di Bagian Kepegawaian Setdakab Bengkulu Utara Jln. Jend. Sudirman No 1 Arga Makmur.
Demikian untuk menjadi perhatian.
a.n. BUPATI BENGKULU UTARA
Sekretaris Daerah,
persyaratan bisa berubah sewaktu-waktu
<div class="fullpost">
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-9158828352770555192009-05-26T09:04:00.002+07:002009-05-26T09:07:25.293+07:00Peran Perempuan dalam PNPM<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXayGaddpAKYyX5KHoJJrkziAzsTuiBzKW9u_MJbtBkc0w9WHDQGMtMSGc-6Su9rm0r8QJYGxaQ3UpC3ztaaGG0hPBCRH4jYRTrRQSzZnnqobyf8kpm25ZXlvpoTHLgCq6GLMO_DFUuBCw/s1600-h/Logo+PNPM-th.JPG"><img style="margin: 0pt 10px 10px 0pt; float: left; cursor: pointer; width: 180px; height: 156px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhXayGaddpAKYyX5KHoJJrkziAzsTuiBzKW9u_MJbtBkc0w9WHDQGMtMSGc-6Su9rm0r8QJYGxaQ3UpC3ztaaGG0hPBCRH4jYRTrRQSzZnnqobyf8kpm25ZXlvpoTHLgCq6GLMO_DFUuBCw/s320/Logo+PNPM-th.JPG" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5339948126760846018" border="0" /></a><span style="font-weight: bold; color: rgb(51, 51, 255);">Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM)</span> diluncurkan langsung oleh Presiden pada April 2007 sebagai payung dari semua program-program nasional yang berkaitan dengan pemberdayaan atau pelibatan partisipatif masyarakat. PNPM menjadi berbeda dengan program-program sebelumnya karena adanya Millennium Development Goals (MDGs) sebagai tujuan atau hasil keluaran/pencapaian keseluruhan kegiatan. Indonesia bersama 187 Negara menyepakati tahun 2015 sebagai target pencapaian MDGs. Dalam MDGs ada delapan tujuan yang harus dicapai dalam rangka penanggulangan kemiskinan global. Yaitu, pertama, menanggulangi kemiskinan dan kelaparan. Kedua, mencapai pendidikan dasar. Ketiga, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Keempat, menurunkan angka kematian balita. Kelima, meningkatkan kesehatan ibu. Keenam, memerangi HIV/AIDS dan penyakit menular. Ketujuh, menjamin kelestarian fungsi lingkungan hidup. Kedelapan, mengembangkan kemitraan global untuk pembangunan. Masing-masing tujuan tersebut terkait satu dengan lainnya. Bagi Negara yang meratifikasi kesepakatan MDGs ini wajib menjadikan MDGs sebagai standar dan atau tujuan pelaksanaan program-program nasionalnya. Misalnya, standar keikutsertaan partai politik sebagai peserta pemilu 2009 adalah anggota dan pengurus partai
<div class="fullpost">
minimal 30% perempuan. Perempuan dalam partai politik sudah menjadi bagian yang diperhitungkan, bukan hanya untuk perolehan suara melainkan untuk menduduki kursi legislatif sebagai kontributor pengambil kebijakan perundang-undangan negara. PNPM sebagai salah satu program nasional juga wajib menjadikan MDGs sebagai standar pencapaian. Lalu, bagaimana perempuan dalam implementasi pelaksanaan PNPM? Apakah pelaksana PNPM mulai dari Pusat sampai lokasi lapang memahami bahwa keterlibatan perempuan di dalam PNPM merupakan bagian yang signifikan di dalam pencapaian MDGs Tahun 2015? Perempuan dalam implementasi PNPM bukan semata sebagai salah satu bagian dari delapan pencapaian MDGs. Perempuan memiliki peranan penting dalam kesemua pencapaian tersebut. Keterlibatan perempuan di dalam siklus PNPM seringkali dipandang sebagai salah satu tujuan dari MDGs, yaitu mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan. Keterlibatan perempuan hanya sekedar memenuhi jumlah minimal (kuantitas) seperti di dalam indikator capaian kinerja lapang. Seyogianya keterlibatan perempuan di dalam PNPM juga dilihat dari peningkatan konstribusi (kualitas) mereka guna mewujudkan pencapaian MDGs khususnya yang berkaitan dengan keterlibatan perempuan. PNPM dalam petunjuk pelaksanaannya menempatkan keterlibatan perempuan sebagai indikator capaian kinerja dan standar akuntabilitas pelaku-pelakunya. Dengan harapan, dalam pelaksanaannya di lapang, PNPM mampu memfasilitasi dan memotivasi meningkatnya jumlah dan konstribusi perempuan dalam proses-proses pembangunan di tingkatan lokal (kelurahan/desa). Perempuan dalam Kemiskinan Secara kuantitas jumlah perempuan miskin (dari sisi ekonomi) lebih besar dari jumlah laki-laki. Secara sosial budaya, kemiskinan membuat para wanita miskin lebih dikorbankan. Akses perempuan untuk memperoleh pekerjaan sangat dibatasi hegemoni nilai. Masih banyak nilai-nilai sosial budaya di masyarakat Indonesia memberikan batasan-batasan pada kaum perempuan. Misal, perempuan tidak boleh keluar malam, tidak boleh menginap, dan ke luar rumah harus seijin suami atau orang tua. Perempuan yang pergi atau bertemu dengan lelaki selain keluarganya, seringkali menjadi fitnah, meskipun itu untuk keperluan pekerjaan. Kondisi seperti ini seringkali membuat pemilik usaha lebih memilih pekerja laki-laki daripada perempuan. Padahal, kondisi kebutuhan ekonomi memaksa kaum perempuan untuk bekerja di luar rumah. Dengan nilai-nilai ”stigma negatif” pada perempuan yang keluar malam, pergi sendirian, atau berinteraksi dengan banyak laki-laki, seringkali memunculkan tindak perilaku pelecehan seksual terhadap perempuan, bahkan perempuan menjadi korban kekerasan/kejahatan. Perempuan dalam kemiskinannya pun rentan menjadi korban pelecehan dan kekerasan. Perempuan sebagai makhluk ”lemah” dalam kemiskinan merupakan kelompok resiko tinggi menjadi korban perdagangan manusia (traficking), yang dijerumuskan menjadi pekerja seksual, tenaga kerja ilegal di luar negeri, atau perbudakan baru—yaitu bekerja dengan bayaran sangat rendah.Gambaran di atas adalah realita yang banyak terjadi di Indonesia. Perempuan miskin terbatas untuk memilih pekerjaan. Kalau pun bekerja, mereka beresiko menjadi korban kejahatan. PNPM dengan jangkauan pada kelompok basis masyarakat diharapkan dapat menjadi agen perubahan pola-pola berpikir dan bersikap pada masyarakat tentang perempuan yang bekerja. Perempuan yang bekerja akan membantu perekonomian keluarga, yang selanjutnya diharapkan mampu menanggulangi kemiskinannya. Perempuan dan Pendidikan Salah satu penyebab kemiskinan adalah ketidakmampuan seseorang untuk mencapai akses-akses peningkatan ekonomi. Ketidakmampuan tersebut disebabkan rendahnya kualitas SDM, yaitu rendahnya tingkat pendididkan dan minimnya keterampilan. Kemiskinan juga menyebabkan banyak anak kehilangan kesempatan memperoleh pendidikan. Pendidikan yang mahal akan menjauhkan anak untuk mendapatkan pendidikan sebagai haknya, seperti tercantum dalam Undang-undang Dasar 45 (amandemen 2002) Pasal 28C ayat (1) “Setiap orang berhak mengembangkan diri melalui pemenuhan kebutuhan dasarnya, berhak mendapat pendidikan dan memperoleh manfaat dari ilmu pengetahuan dan teknologi, seni dan budaya, demi meningkatkan kualitas hidupnya dan demi kesejahteraan umat manusia”. Tidak bisa dipungkiri, perkembangan dunia pendidikan bagi perempuan di Indonesia sangat berkembang pesat. Perempuan memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan dan ketrampilan di dalam peningkatan kapasitas SDMnya. Sejarah membuktikan, seorang Kartini mampu secara perlahan mengubah paradigma budaya masyarakat Indonesia dan memberi kesempatan kepada perempuan keluar rumah dan memperoleh pendidikan. Bagaimana dengan perempuan yang dilahirkan pada keluarga miskin? Apakah mereka juga memiliki hak yang sama dengan saudaranya yang laki-laki? Pendidikan yang mahal menjadi masalah besar bagi keluarga miskin, maka terjadi skala prioritas, yang akhirnya menempatkan perempuan pada urutan belakang untuk memeperoleh pendidikan. Perempuan dalam keluarga miskin akan menjebak mereka dalam kemiskinan yang lebih kronis. Terhambatnya akses memperoleh pendidikan (minimal pendidikan dasar 9 tahun) berdampak pada rendahnya kapasitas SDMnya. Rendahnya kapasitas SDM jelas akan menyingkirkan mereka pada persaingan perolehan pekerjaan. Ketidakmampuan memperoleh penghasilan akan menjadikan mereka semakin lemah untuk menyuarakan hak-hak mereka. Implementasi PNPM di lapang harus mampu memotivasi seluruh elemen masyarakat untuk peduli terhadap peningkatan kualitas pendidikan, baik bagi kaum laki-laki maupun perempuan, terutama pendidikan bagi kelompok masyarakat miskin. Nilai-nilai luhur kepedulian, kerelawanan, dan si kaya membantu si miskin yang selalu disosialisasikan, diharapkan dapat menjadi suatu gerakan munculnya orang tua-orang tua asuh. Pendidikan dasar adalah hak semua anak dunia. Perempuan dan Kesetaraan Gender Dalam klasifikasi biologis dibedakan antara jantan dan betina. Dalam klasifikasi orientasi seksual dibedakan homoseksual dan heteroseksual. Dalam klasifikasi sosial budaya (gender) ada pembagian hak dan kewajiban antara laki-laki dan perempuan. Klasifikasi sosial budaya membagi peran antara laki-laki dan perempuan. Hegemoni dominasi laki-laki menempatkan perempuan hanya menjadi pengikut. Jaman feodalisme perempuan hanya dipandang sebagai teman di dapur dan di kamar tidur. Pemahaman religi sebagian masyarakat Indonesia secara tidak sadar turut pula mempengaruhi pola berpikir dan bersikap masyarakat terhadap peran berikut hak dan kewajiban perempuan. Perempuan dalam pemahaman religi dapat didefinisikan sebagai surgo nunut neroko katut, bahwa kebaikan atau keburukan tergantung pada si suami. Izinnya Tuhan terhadap seorang istri adalah izinnya si suami. Kalau si suami tidak memberikan izin, maka si istri tidak dibenarkan melanggar perintah suaminya. Pada pemahaman ini, secara sadar tanpa “paksaan” seorang perempuan/istri menyerahkan sebagian besar hak atas hidupnya pada si suami. Perubahan jaman mengubah banyak hal, misalnya perempuan memperoleh kesempatan memperoleh pendidikan yang lebih baik. Perubahan ini tidak serta pula memberi kesempatan kepada perempuan untuk menunjukan eksistensi dirinya. Masih jarang perempuan dilibatkan dalam pengambilan kebijakan, sekalipun itu berkaitan dengan kodratnya sebagai perempuan—hamil, melahirkan, dan menyusui. Saat ini masih banyak masyarakat kita menempatkan perempuan sebatas urusan rumah-tangga (domestik). Gerakan kesetaraan gender bukan untuk mengambil posisi kepala rumah tangga, tetapi lebih membagi peranan antara laki-laki dengan perempuan tanpa menghilangkan hak-hak asasi perempuan sebagai makhluk sosial. Setiap manusia memiliki hak yang sama untuk memperoleh pendidikan, memperoleh pekerjaan, memperoleh akses ekonomi, kesehatan, dan politik. Sudah saatnya perempuan diberi kesempatan untuk turut serta dalam pengambilan keputusan/kebijakan. PNPM Tahun 2007 sudah memulai untuk menjadi penggerak kesetaraan gender Sumber : http://www.pnpm-perkotaan.org
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-47311316893683388092009-05-26T09:01:00.000+07:002009-05-26T09:03:41.782+07:00SEPAK BOLA - 2009 PS BENGKULU BERMAIN DI COPA INDONESIA<span style="font-size:100%;"><span style="font-family: verdana;">Gubernur Bengkulu Agusrin Maryono Najamuddin menargetkan pada 2009, kesebelasan PS Bengkulu harus masuk Divisi Utama dan bermain di Copa Indonesia. "Kini kita sudah menjadi juara Divisi II wilayah Sumbagsel dan masuk Divisi I. Saya yakin kini bisa melewati Divisi I dan masuk Divisi Utama serta bermain di Copa Indonesia," kata Agusrin, saat melepas PS Bengkulu menuju Mandailing Natal, Sumatera Utara, untuk mengikuti pertandingan putaran Divisi I, Rabu. Menurut dia, saat ini merupakan masa kebangkitan sepak bola Bengkulu, setelah 24 tahun vakum. "Kita terakhir masuk Divisi I pada tahun 1984, setelah itu vakum, dan setelah menunggu 24 tahun, baru pada 2008 kembali bisa mengulang sukses tersebut," kata Agusrin yang juga Ketua Umum PS Bengkulu itu. Yang lebih membanggakan, prestasi tersebut diraih dalam kondisi keterbatasan baik dana maupun pemain. Untuk biaya kegiatan PS Bengkulu berasal dari patungan dari para pengurus dengan nilai yang sangat terbatas</span>
</span><div style="font-family: verdana;" class="fullpost"><span style="font-size:100%;">
Anggaran untuk pembiayaan PS Bengkulu, tidak dialokasikan dalam APBD "Kita patut bersyukur ditengah keterbatasan itu, para pemain dengan dukungan pelatih dan pengurus PS Bengkulu bisa optimal. Kita patut memberi penghargaan bagi mereka," katanya. Karena keterbatasan dana, para pemain sering "kehausan" karena uang untuk membeli minuman tidak ada. Selama mengikuti pertandingan di luar daerah harus menginap di penginapan sangat sederhana dan makan dengan menu seadanya. Untuk berangkat ke Mandailing Natal pun, terpaksa menggunakan kendaraan lewat jalur darat dengan masa tempuh 25 jam. "Seharusnya mereka menggunakan pesawat karena jaraknya jauh, tapi mau apa lagi, dananya tidak ada, jadi terpaksa lewat jalur darat. Saya yakin kondisi ini tidak membuat para pemain putus semangat," katanya. Bahkan, kata dia, PS Bengkulu harus dapat menunjukkan prestasi lebih baik lagi, kalau bisa juara Divisi I sehingga bisa masuk Divisi Utama dan Copa Indonesia. Kalau prestasi itu sudah dicapai, maka pemerintah Provinsi Bengkulu bisa mengajukan alokasi anggaran dalam APBD, sehingga ke depan pendanaannya lebih baik. "Kalau prestasinya sudah bagus, saya tidak malu mengajukan dana dalam APBD, dan saya yakin DPRD pun pasti tidak akan tanya," katanya. Selain itu, lanjut dia, setelah masuk Divisi Utama dan Copa Indonesia akan banyak perusahaan yang bersedia menjadi sponsornya. Gubernur mengaku, tidak ingin membesarkan PS Bengkulu dengan cara yang "instan" seperti yang terjadi pada club-clup sepak bola lain di Indonesia. "Banyak club sepak bola mendatangkan pemain yang sudah jadi, sehingga bisa langsung besar. Kita tidak ingin seperti itu, PS Bengkulu harus dibangun dari bawah dengan pemain hasil binaan sendiri," tegasnya.
</span></div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-30363908995072985992009-05-16T23:07:00.000+07:002009-05-16T23:18:47.617+07:00KORUPSIAdakah kini orang Jujur Untuk negara kita yang hancur Adakah kini orang jujur Untuk Rakyat yang kian hancur Para pejabat yang sering nyukur kini engkau sang pembuat hancur Dimana kesejahteraan kita yang kini kian makin merata mana janjimu wahai orang tua yang duduk di rsi pemerintah rakyat kecil dibawah sana menanti kehidupan yang nyata Koruptor berdasi jangan makan nasi engkau hidup disisi-sisi Rakyat yang makan hati Sitikus yang duduk dikursi
kian beraksi makin menjadi Perut buncit mu menjadi saksi
Adakah kini orang Jujur Untuk negara kita yang hancur Adakah kini orang jujur Untuk Rakyat yang kian hancur Para pejabat yang sering nyukur kini engkau sang pembuat hancur
Dimana kesejahteraan kita yang kini kian makin merata mana janjimu wahai orang tua
yang duduk di kursi pemerintah rakyat kecil dibawah sana menanti kehidupan yang nyata
Koruptor berdasi jangan makan nasi engkau hidup disisi-sisi Rakyat yang makan hati Sitikus yang duduk dikursi kian beraksi makin menjadi Perut buncit mu menjadi saksi
semua tingkahmu yang kan bersaksi menjadi saksi dikursi mati Puisi ini untuk Para korupsi
Senja temaram kesendirianku terselubung pengab otak-ku tertimbun ribuan Tanya tak terjawab sampai detik ini tidak juga kau para pemikir hanya lidah lidah penuh belatung berkoar kebajikan kedamaian kebebasan kesejahteraan tanpa ada dan tiada nyata…
pentas keonaran anarkis tamak dan keserakahan meracuni tubuh pertiwi kapankah… sari pati lagu garuda pancasila kembali … mengakar … di jantung di nadi anak-anak pertiwi Negara Bangsaku Tercinta Indonesia jayaku dahulu !
Thanks to: Satria™{Si Pria Bersayap} and lifespir...
Adakah kini orang Jujur
Untuk negara kita yang hancur
Adakah kini orang jujur
Untuk Rakyat yang kian hancur
Para pejabat yang sering nyukur
kini engkau sang pembuat hancur
Adakah kini orang Jujur
Untuk negara kita yang hancur
Adakah kini orang jujur
Untuk Rakyat yang kian hancur
Para pejabat yang sering nyukur
kini engkau sang pembuat hancur
<span id="fullpost">
</span>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-78107300721121881682009-05-16T22:35:00.000+07:002009-05-16T22:55:37.710+07:00Arga Makmur Kota Ku<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglTGvNKzVik2Mgp_peGC7muZ7u1VenOKr7SQLLIHnYgovtWDse8-hRqURa3T-3cezz8Y5DaiitXw-OE769ISG7NTIC-eO64lSeuyulUeMVeVlyAI1LuNXOXEmJzU08gza3L2cNylkYBDau/s1600-h/dd.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 165px; height: 113px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEglTGvNKzVik2Mgp_peGC7muZ7u1VenOKr7SQLLIHnYgovtWDse8-hRqURa3T-3cezz8Y5DaiitXw-OE769ISG7NTIC-eO64lSeuyulUeMVeVlyAI1LuNXOXEmJzU08gza3L2cNylkYBDau/s320/dd.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336450775216955314" border="0" /></a>
Selamat datang
</div><div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqACSqanpu5lLcDPl1b8AElKA2fR5hPtNrJ923j17duf-OsPMXxVzYTHN9WoZ537bEfbs1Oa41ITSka6W-EahOMazlTBkwgxesl0Wrxgaeh0GVBZPVhIPkGqlfBz9bXz-Q0A4rQn3L4GTf/s1600-h/aba.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 170px; height: 109px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgqACSqanpu5lLcDPl1b8AElKA2fR5hPtNrJ923j17duf-OsPMXxVzYTHN9WoZ537bEfbs1Oa41ITSka6W-EahOMazlTBkwgxesl0Wrxgaeh0GVBZPVhIPkGqlfBz9bXz-Q0A4rQn3L4GTf/s320/aba.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336450496958776674" border="0" /></a>
Orang Dalam
</div><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcTqhBtWwm0JrjR2UPVGbm1ciESeo1stnnAmFmvSk2WWPdM3aVPT1zwGMku-x3lWCnXBwa5uA6KiFZTew4TaVpbDDRHdE4pEZKBY8Kdu4QzOopb0aaaD_fbGl9bWPP-UdPKKXTXv1atSXJ/s1600-h/suasana+kppi.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 180px; height: 141px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEhcTqhBtWwm0JrjR2UPVGbm1ciESeo1stnnAmFmvSk2WWPdM3aVPT1zwGMku-x3lWCnXBwa5uA6KiFZTew4TaVpbDDRHdE4pEZKBY8Kdu4QzOopb0aaaD_fbGl9bWPP-UdPKKXTXv1atSXJ/s320/suasana+kppi.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336449792914906642" border="0" /></a>
<div style="text-align: center;">suasana KKPI
</div>
<div style="text-align: center;"><a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpp1JA7aULyvwAuVSNPxtXHKMknnSlDPXev3GOi9Z3so-MW0GPSCruo7faWQPKMlqQmuYHRo8jec-_E3i2peR5oo4OF1YJkkwUQi3z-rdBAKL7Vwb9OHZ2po3iHJiQPhmdXLjcYTapSVX4/s1600-h/as.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 185px; height: 147px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgpp1JA7aULyvwAuVSNPxtXHKMknnSlDPXev3GOi9Z3so-MW0GPSCruo7faWQPKMlqQmuYHRo8jec-_E3i2peR5oo4OF1YJkkwUQi3z-rdBAKL7Vwb9OHZ2po3iHJiQPhmdXLjcYTapSVX4/s320/as.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336448702954723762" border="0" /></a>
Orang Tua Di Arga Makmur
</div><span id="fullpost">
</span>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-74893100509122109582009-05-15T22:07:00.000+07:002009-05-16T21:50:29.549+07:00WELCOME<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaig0XVSiBQcf4yKz7_ql232yqz-8ZF6wJ7dw57X9VsU99o-K7isKMIkcUNKsuxLB8pOsHZAOrKGkuHkAhzla9pszITi1NM2cXL_6tyeMFKwvwuaIN9kaIh4c9L1o6KCTPXFV-rhyrKOmk/s1600-h/images.jpg"><img style="margin: 0px auto 10px; display: block; text-align: center; cursor: pointer; width: 499px; height: 129px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgaig0XVSiBQcf4yKz7_ql232yqz-8ZF6wJ7dw57X9VsU99o-K7isKMIkcUNKsuxLB8pOsHZAOrKGkuHkAhzla9pszITi1NM2cXL_6tyeMFKwvwuaIN9kaIh4c9L1o6KCTPXFV-rhyrKOmk/s320/images.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336067743439870498" border="0" /></a>
<div style="text-align: center;"><span style="font-family: verdana;font-size:130%;" ><span style="color: rgb(0, 0, 153); font-weight: bold;">Selamat Datang di Blog Arga Makmur Bengkulu Utara.. </span></span>
</div><span id="fullpost">
</span>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-6364532683399689112009-05-15T21:00:00.000+07:002009-05-16T21:53:01.777+07:00<div style="text-align: justify;">
<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-8Ptltbn-9PZaHfuaoxq9_z-F06piZ7jigMFZ0A352AoFVmk4bYRJCS9nmiL-qET26eVSUUxr3I753qByB8wnKCKV85z7tx_iY2U7awaUEDi-S-2jKcLJV5w3lJ7-78GYw7etqJ2A_I5O/s1600-h/,,m.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 270px; height: 177px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi-8Ptltbn-9PZaHfuaoxq9_z-F06piZ7jigMFZ0A352AoFVmk4bYRJCS9nmiL-qET26eVSUUxr3I753qByB8wnKCKV85z7tx_iY2U7awaUEDi-S-2jKcLJV5w3lJ7-78GYw7etqJ2A_I5O/s320/,,m.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336051336854233058" border="0" /></a>
Universitas ratu Samban
<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNhehlGr7TR80hVsUqMpUB60XJoaIh92qxSn0z8RTUHAtG5Mtntpx6071m2eEDf0QPwz_wFkebd1ONc5Vrq-11s6beVZGgQTW93MFkR33-GbVtk8RN52ScW9zQFjpcNezS-PcTPC4v8-uu/s1600-h/nng.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 274px; height: 176px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgNhehlGr7TR80hVsUqMpUB60XJoaIh92qxSn0z8RTUHAtG5Mtntpx6071m2eEDf0QPwz_wFkebd1ONc5Vrq-11s6beVZGgQTW93MFkR33-GbVtk8RN52ScW9zQFjpcNezS-PcTPC4v8-uu/s320/nng.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336051335771980834" border="0" /></a>
<span id="fullpost"> </span>Pantai Pesisir Bengkulu Utara
<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD2zhzlNRXghOKTz1xpWJflnJM6HuPKA-By2MZuuMdhZqH0i5O48iHgDZeZu51CO3TirBlgArhHwRg4zEEM-SX9m4JOuVtWKzME6PCmcPWupxU1EaJ1cJUEMoazK7lds7fhD6JrK7RqlMl/s1600-h/mm.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 276px; height: 232px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjD2zhzlNRXghOKTz1xpWJflnJM6HuPKA-By2MZuuMdhZqH0i5O48iHgDZeZu51CO3TirBlgArhHwRg4zEEM-SX9m4JOuVtWKzME6PCmcPWupxU1EaJ1cJUEMoazK7lds7fhD6JrK7RqlMl/s320/mm.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336051338290636690" border="0" /></a>
Bundara Arga Makmur
<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1aa5s80YIEyoOGfNA1qs7ZanWdOZu1lJFjXXKd1A18-QcgPfxnzkyiHgSxGOrTB2kl2zu9OvTcVCsrBsIelWeMFHEYUzRDaHcRiN4y-73biocprt0JkujPdunL3qelXgsDwLG9kTKIm4G/s1600-h/bb.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 279px; height: 189px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi1aa5s80YIEyoOGfNA1qs7ZanWdOZu1lJFjXXKd1A18-QcgPfxnzkyiHgSxGOrTB2kl2zu9OvTcVCsrBsIelWeMFHEYUzRDaHcRiN4y-73biocprt0JkujPdunL3qelXgsDwLG9kTKIm4G/s320/bb.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336051337322852594" border="0" /></a>
Panta Bali Utara
<a onblur="try {parent.deselectBloggerImageGracefully();} catch(e) {}" href="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5UVsS4LW-oIlPRIJX3ViUleWzEctgyYrJ0y8U8cpLzJQmFnmjmW6NSaJ_FC7xwEBPZl_Nqua7pNKB9tDxEtTpN4irHd-bPanIeybOel7wyy1LRMJPCjnRvJnZdK6sB14XGcw-d5ARkazF/s1600-h/aee.jpg"><img style="cursor: pointer; width: 269px; height: 191px;" src="https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEi5UVsS4LW-oIlPRIJX3ViUleWzEctgyYrJ0y8U8cpLzJQmFnmjmW6NSaJ_FC7xwEBPZl_Nqua7pNKB9tDxEtTpN4irHd-bPanIeybOel7wyy1LRMJPCjnRvJnZdK6sB14XGcw-d5ARkazF/s320/aee.jpg" alt="" id="BLOGGER_PHOTO_ID_5336051332801873682" border="0" /></a>
Kendaraan Becak Motor
</div>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-29722484565552907822009-05-15T20:46:00.000+07:002009-05-15T20:49:19.914+07:00CERITA RAKYATTempat Mandi Bidadari
Alkisah, disuatu dusun yang masih belantara, terdapatlah sebuah bulak (tempat pemandian alam) yang sangat jernih mata airnya. Konon ceritanya, ditengah malam hari setiap bulan purnama tanggal empat belas, selalu didatangi oleh tujuh bidadari cantik dari kayangan yang hendak berhajat mandi dan bersukacita.
Bulak tempat mandi-mandi ketujuh bidadari dari kayangan itu memang masih perawan, karena memang belum pernah ada seorangpun yang datang dan mandi disana. Di bulak itulah ketujuh bidadari kayangan selalu mandi dan bermain dengan bebas serta bersukacita.
Kejadian itupun terus berulang-ulang pada tengah malam setiap bulan purnama yang keempat belas. Setelah usai mandi dan bersenang-senang, ketujuh bidadari itupun kembali lagi terbang ke kayangan, tempat tinggal para dewa. Air bulak bekas yang habis dipakai untuk mandi-mandi para bidadari itu, selalu menimbulkan bau wewangian yang amat harum sekali. Konon kabarnya harum wewangian di sekitar bulak itu tidak hilang-hilang sampai tujuh hari lamanya.
Namun demikian, lambat laun tempat mandi-mandi para bidadari itupun diketahui oleh salah seorang nenek tua. Kebetulan nenek tua, penghuni di talang itu tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari tempat mandi-mandi para bidadari.
Semula, pada suatu tengah malam di bulan purnama yang keempat belas, nenek tua itu terjaga dari tidurnya, karena dari arah kejauhan mendengar ada suara banyak orang sedang mandi. Maka nenek tua itu keluar dari talangnya dan segeralah menuju ke arah datangnya suara itu. Setelah nenek tua itu mendekati bulak dengan amat perlahan-lahan, maka tertegunkah nenek tua itu melihatnya. Tak lama kemudian, ketujuh bidadari itupun segera terbang ke angkasa menuju kayangan.
Nenek tua itupun segera kembali ke talangnya dengan penuh tanda tanya dalam pikirannya. Tidak seberapa lama kemudian, tiba-tiba hidung nenek itu mencium bau wewangian yang semerbak harumnya. Bau wewangian itu terus semerbak hingga mengganggu tidur si nenek tua. Bahkan pada keesokan harinya, bau harum itupun masih tercium dihidungnya.
Oleh karena rasa ingin tahu itulah, maka bergegaslah nenek tua itu menuju ke bulak. Sesampainya dibulak, nenek itu segera memeriksa tempat yang habis dipakai mandi-mandi para bidadari semalam. Ditempat inilah nenek tua menemukan berbagai jenis bunga-bungaan yang ternyata menimbulkan bau wewangian yang amat luar biasa semerbaknya.
Maka tercetuslah perkataannya: “Oi, ternyata disinilah sumber asal bau wewangiannya. Baru sekali ini kami melihatnya, ternyata tempat ini amatlah indah, mata airnya jernih, sejuk lagi pula amat nyaman udaranya”. Nenek itupun berpikir dalam hatinya, sambil memunguti bunga-bunga harum yang beraneka warna. “Pastilah yang datang mandi-mandi disini bukan bangsa manusia, melainkan bangsa bidadari, sebab mereka bisa terbang tinggi dan jauh hingga menghilang di angkasa”.
Sesudah puas memeriksa bulak, nenek tua itupun segera meninggalkan tempat itu, dan tiada lupa membawa segenggam bunga harum warna-warni yang diambil dari bulak. Bunga-bunga itu kemudian disimpan di talangnya, dan ternyata bunga-bunga itulah yang menimbulkan bau wewangian yang semerbak hingga tujuh hari lamanya.
Sejak saat itulah nenek tua itu mengetahui bahwa disekitar talangnya ada sebuah bulak, tempat mandi-mandi alam yang amat indah pemandangannya. Mata airnya jernih, udaranya pun amat sejuk dan nyaman. Itulah awal pengalaman yang menakjubkan bagi nenek tua yang tinggal sendirian di talangnya.
Kejadian itupun berulang terus-menerus setiap bulan purnama tanggal empat belas tengah malam. Oleh sebab itu nenek tua itupun lama-lama menjadi terbiasa, dan tiada menghiraukan lagi. Sebenarnya pula, ketujuh bidadari itupun sudah merasa curiga kalau ada bangsa manusia yang telah mengetahui kedatangannya di tempat itu. Ketujuh bidadari itu mulai curiga, karena setiap hendak mandi lagi, ada beberapa bunga yang hilang, bahkan tempat itu selalu bersih. Maka tiap kali mereka hendak turun mandi ke bulak itu, selalu membawa bunga warna-warni dari kayangan yang harumnya amat luar biasa.
Akhirnya ketujuh bidadari itu mengetahui bahwa yang sering melihatnya dan mengambil bunga-bunganya, serta membersihkan tempat itu adalah seorang nenek tua. Oleh karena si nenek tua itu dianggap tidak mengganggunya, maka para bidadari itupun tiada terlalu merisaukannya.
Bujang Mengkurung dan Nenek Tua
Kisah selanjutnya, disebuah dusun yang agak jauh dari talang nenek tua, hiduplah sepasang suami-istri yang sudah cukup tua dengan seorang anak bujangnya. Oleh karena keduanya sudah tua, maka sibujang itulah yang tiap harinya mencarikan makanan untuk kebutuhan hidup sehari-hari.
Hampir tiap hari si bujang keluar masuk hutan berburu binatang, mengambil ubi-ubian, memancing ikan, serta mengambil kayu bakar. Pendek cerita si bujang itulah yang menjadi tumpuan harapan bagi orang tuanya. Oleh karena itu, si bujang itu lebih dikenal dengan nama Bujang Mengkurung.
Pada suatu hari pergilah Bujang Mengkurung itu masuk ke hutan hendak berburu binatang. Untung tak dapat diraih, malang pun tak dapat ditolak. Hari sudah menjelang senja, tetapi Bujang Mengkurung belum juga mendapatkan hasil buruannya. Biasanya sebelum matahari condong ke barat, Bujang Mengkurung sudah pulang ke rumah dengan membawa hasil buruannya.
Padahal, bekal makanan dan minum yang ia bawa itu sudah habis. “Sudahlah kepalang basah, lebih baik tak pulang ke rumah daripada belum menghasil buah,” guman Bujang Mengkurung. Si Bujang Mengkurung itupun berjalan terus dengan gontainya hingga sudah tidak tahu lagi arah rimbanya. Maka iapun tersesat di tengah belantara.
Namun keberuntungan masih berpihak pada Bujang Mengkurung, karena pada saat malam tiba ia menemukan sebuah talang. “Oi, beruntunglah aku ini dapat tempat untuk berteduh,” gumannya lirih sambil menghela napas panjang. Maka, segeralah Bujang Mengkurung mengetuk pintu talang itu. Tak seberapa lama kemudian, muncullah nenek tua itu sambil membawa lampu penerang yang terbuat dari bambu.
Setelah dipersilahkan masuk, Bujang Mengkurung itupun memperkenalkan diri, lalu menceritakan asal-usulnya hingga ia tersesat di talang nenek tua itu. Mendengar ceritera Bujang Mengkurung itu, nenek tua menjadi iba dan penuh haru. Maka dengan rasa tulus nenek tua itu memberi makanan serta minuman kepada Bujang Mengkurung.
Nenek Tua Buka Rahasia
Sungguhlah beruntung bagi Bujang Mengkurung, karena nenek tua itu telah memperlakukannya dengan ramah dan penuh kasih sayang. Bahkan Bujang Mengkurung telah dianggabnya sebagai cucunya sendiri. Maka merekapun saling berceritera tentang pengalaman hidupnya masing-masing.
Malam terus berjalan sesuai dengan kodratnya hingga menjelang larut. Tiadalah mungkin Bujang Mengkurung itu pulang ke rumahnya. Nenek tua itupun tak tega membiarkan Bujang Mengkurung pulang dilarut malam. Maka Bujang Mengkurung itupun berinap di talang nenek tua itu.
Sebenarnya, ketika Bujang Mengkurung itu memasuki talang nenek tua itu, ia telah mencium bau wewangian yang harumnya amat menusuk hidungnya. Oleh karenanya, Bujang Mengkurung tak dapat tidur dengan lelap. Bahkan sebentar-sebentar terjaga dari tidurnya karena semerbak bau wewangian yang luar biasa harumnya. Setelah mengamati sekitarnya, secara samar-samar, ia menatap tumpukan bunga-bunga yang beraneka warna.
“Barangkali bunga-bunga itulah yang mengeluarkan bau yang amat harum,” pikirnya dalam hati. Tetapi Bujang Mengkurung tidak berani menanyakan hal itu kepada nenek tua, karena malam telah berlarut.
Pada keesokan harinya, sebelum mohon diri, Bujang Mengkurung memberanikan diri menanyakan tentang bau harum serta hubungannya dengan bunga-bunga yang menumpuk dalam talang nenek tua itu. Mulanya, nenek tua itu agak enggan berceritera. Tetapi, setelah menatap Bujang Mengkurung yang penuh menghiba itu, maka diceritakanlah hal ikhwal tentang rahasia tumpukan bunga itu.
Bujang Mengkurung sangat tertarik sekali dengan ceritera nenek tua itu. Lebih-lebih ceritera tentang tujuh bidadari yang sering mandi di bulak pada tengah malam setiap bulan purnama yang keempat belas. Maka ia sangat berharap untuk dapat melihat ketujuh bidadari yang sering mandi itu. Bujang Mengkurung lalu mohon pamit, dan berjanji kelak akan datang lagi ke talang nenek tua jika hendak menjelang bulan purnama yang keempat belas.
Larangan Turun ke Bumi
Dikisahkan selanjutnya, di kayangan tempat tinggal bangsa dewa dan bidadari, sedang mengadakan persidangan istimewa. Oleh karena itu yang hadir dalam persidangan istimewa hanyalah para pucuk pimpinanan dewa saja. Adapun yang sedang dibahas adalah firasat datangnya hari buruk yang akan menimpa kehidupan di kayangan.
Pada akhirnya, dalam persidangan itupun telah dicapai kata sepakat, bahwa demi keselamatan kehidupan di kayangan, maka untuk sementara waktu penghuni kayangan tidak diperkenankan turun ke bumi. Jikalau ada dewa atau bidadari yang melanggar larangan tersebut, maka akan menanggung sendiri akibatnya.
Setelah mendengar keputusan para pucuk pimpinan dewa, maka gundah gulanalah rasa hati para bidadari itu. Terlebih-lebih ketujuh bidadari yang selalu turun ke bumi tiap bulan purnama tanggal keempat belas. Ketujuh bidadari itu kakak beradik. Adapun nama ketujuh bidadari itu masing-masing ialah:
Nawang Sasi,
Nawang Sari,
Nawang Lintang,
Nawang Dadar,
Nawang Langit,
Nawang Terang, serta si bungsu
Nawang Wulan.
Ketujuh bidadari kakak beradik itu amatlah sedih, karena tiada lama lagi bulan purnama tanggal keempat belas akan segera tiba. Dengan adanya larangan tersebut, maka mereka tidak dapat lagi turun ke bumi untuk mandi-mandi dan bersukacita.
Diantara tujuh bersaudara, yang paling sedih dan gundah gulana adalah Putri Lalan (panggilan akrab Nawang Wulan). Sebagai putri bungsu, Lalan memang sangat dimanja baik oleh kedua orang tuanya, maupun oleh kakak-kakaknya. Apa saja yang dikehendaki oleh si bungsu Putri Lalan itu, selalu dituruti oleh kedua orang tuanya.
Akan tetapi kali ini rupanya Putri Lalan amat sungguh kecewa. Sehari-hari kerjanya Putri Lalan hanyalah murung saja. Makan tiada hendak, diajak bermain pun menolak. Padahal keenam kakaknya itu sudah berusaha untuk menghibur dan membujuknya agar Putri Lalan mau makan serta tidak bermuram durja. Akan tetapi, Putri Lalan masih tetap menolak bujuk rayu dari keenam kakaknya.
Melanggar Larangan Dewa
Jikalau hati sudah terpikat, hasrat sudah menguat, beban hatipun terasa berat untuk meninggalkan hajat. Begitulah kiranya perasaan hati Lalan yang semakin menderita. Badannya pun semakin kurus, raut wajahnya yang dulu ceria pun kini terus memucat. Melihat si bungsu Lalan yang kian menderita, maka keenam kakaknya itupun mengadakan mufakat untuk menuruti apa yang menjadi kehendak adiknya itu. Maka segeralah keenam kakaknya itu mendekati Lalan.
"Duhai dindaku Lalan nan tercinta, sungguh nian keenam kakak ini tiada tega menatap dinda yang tiada berhenti menderita. Jikalau dinda terus bersedih, tentu kami berenam pun larut dalam kepedihan. Katakanlah dindaku, apa yang sesungguhnya dindaku kehendaki, maka pastilah kandamu berenam akan mendukungmu,” ujar Nawang Sasi yang mewakili saudara-saudara itu.
Mendengar ketulusan perkataan dari kandanya itu, maka berkatalah si bungsu Putri Lalan dihadapan keenam kakaknya; “Ya ayunda berenam nan baik budi, jikalau sungguh ayunda berenam hendak menuruti hasrat dinda, marilah kita bertujuh turun ke bumi. Sebab, dinda sungguh tiada bergairah hidup lagi, bilamana keinginan dinda ini tiada terpenuhi”.
Setelah saling bertatapan dengan penuh keharuan, keenam kakak-beradik itupun segera memeluk erat-erat si bungsu Putri Lalan secara bergantian. Ketujuh bidadari nan cantik jelita itupun bersepakat, seia sekata dan bertekad akan turun kebumi. Apapun akibat pelanggaran dari larangan para dewa itu, akan dihadapi bersama baik dalam duka nestapa maupun sukacita, dalam derita ataupun bahagia.
Turun ke Bumi
Hari berganti hari, waktu terus berlalu. Tak terasa bulan purnama tanggal empat belas pun menjelang tiba. Saat itulah yang ditunggu-tunggu oleh ketujuh bidadari itu untuk menuruti hasratnya. Perbekalan telah dipersiapkan, bunga-bunga kayangan pun tiada ketinggalan. Pertanda perjalanan menuju ke bumi hendak dimulai.
Setelah segala sesuatunya telah siap, maka ketujuh bidadari itupun segera turun ke bumi. Mereka bertujuh telah meninggalkan kayangan, melupakan pesan, serta melanggar larangan, demi mencapai tujuan, menuruti keinginan si bungsu Putri Lalan.
Tak seberapa lama kemudian, sampailah mereka ditempat tujuan. Bulak, tempat mandi-mandi dan bersukacita sudah dipelupuk mata. Hasrat dan kerinduan pun segera terlaksana. Ketujuh bidadari kakak-beradik itupun segera melepaskan pakaian terbangnya satu persatu.
Sebagaimana biasanya, Putri Lalan lah yang melepas pakaian terbangnya terlebih dahulu, lalu ditumpuki oleh pakaian kakak-kakaknya. Oleh karenanya pakaian Putri Lalan itu selalu berada paling bawah. Dengan demikian Putri Lalan lah yang paling duluan mandinya, dan selesainya pun paling belakangan. Mereka kemudian bersenang-senang menikmati mata air nan jernih, udara nan sejuk, serta pemandangan alam yang indah. Bunga-bunga kayangan pun bertaburan di sekitar pemandian, serta menyerbakkan bau wewangian yang harumnya sangat luar biasa.
Pakaian Terbang Putri Lalan Hilang
Jernih nian mata air rimba pegunungan, hawanya sejuk lagi nyaman. Siapapun gerangan yang datang, pastilah pantang untuk melupakan. Begitulah kiranya perasaan ketujuh bidadari yang sudah sering mandi di bumi. Terlebih si bungsu Putri Lalan yang sudah dimabuk kepayang, merindukan mata air rimba pegunungan.
Biasanya ketujuh bidadari nan cantik itu tiadalah berlama-lama mandinya. Tetapi, entah mengapa kali ini mereka begitu lama bersenang-senang, hingga tiada ingat lagi waktunya untuk terbang kembali ke kayangan. Dan biasanya pula, si bungsu Putri Lalan lah yang memberi isyarat untuk segera terbang kembali ke kayangan.
Malam semakin melarut hingga hampir fajar, ketujuh bidadari itupun menyadari akan waktunya. Tanpa menunggu isyarat dari si bungsu Putri Lalan, lalu bergegaslah mereka mengambil pakaian terbangnya. Oleh karena tumpukan pakaian Putri Lalan itu berada paling bawah, maka Putri Lalan lah yang paling belakangan mengambilnya.
Namun betapa terkejutnya si bungsu Putri Lalan, ketika melihat pakaian terbangnya sudah tidak tampak lagi. Pakaian si bungsu Putri Lalan telah hilang, sementara kakak-kakaknya sudah berpakaian terbang semua. Dilihatnya si bungsu Putri Lalan kebingungan mencari pakaian terbangnya, maka keenam kakaknya itupun segera ikut mencarinya. Setelah dicari kesana-kemari tiada hasilnya, maka menangislah ia tersedu-sedu. Keenam kakaknya pun turut meratapi nasib adiknya yang amat dicintai itu.
Perpisahan yang Mengharukan
Malang nian nasib si bungsu Lalan itu, karena telah kehilangan pakaian terbangnya. Isak tangisnya pun semakin menjadi-jadi. Sementara batas waktu kian mengejarnya karena fajar sudah hampir tiba. Sungguh, bagaikan buah simalakama, meninggalkan si bungsu Putri Lalan sendirian tiadalah sampai hati, Bertahan di bumi lama-lama pun tiadalah mungkin. Akan tetapi, merekapun harus memilihnya.
Setelah termenung agak lama, lalu berkatalah dengan lirihnya si bungsu Putri Lalan itu kepada keenam kakaknya; “Duhai kanda-kandaku tercinta, memang sudah suratan nasib dinda, tiadalah bijak kandaku berlama-lama, karena ayah-bunda pastilah kecewa. Biarlah dinda menanggung akibatnya, jikalau kelak telah tertebus dosa, niscaya kita dapat bersama lagi.” Mendengar perkataan si Bungsu Putri Lalan yang amat mengharukan itu, menjawablah salah seorang dari keenam kakaknya. “Ya adindaku yang amat kusayang, tiadalah tega ayunda meninggalkanmu seorang. Andaikan ku dapat meminjamkan baju terbang, tentulah nasibmu tiada malang.”
Merekapun saling berpelukan erat disertai tetesan air mata yang terus mengalir dengan derasnya. Tak seberapa lama kemudian, dengan hati yang pilu, keenam kakaknya itu pun lalu terbang meninggalkan Putri Lalan sendirian di tengah rimba belantara.
Si Pencuri Pakaian Terbang
Siapa sebenarnya yang mencuri pakaian terbangnya Putri Lalan (panggilan akrab Nawang Wulan). Pencurinya tiada lain adalah si Bujang Mengkurung. Rupanya, si Bujang Mengkurung itu sudah lama menunggunya, dan bersembunyi dibalik semak-semak.
Setelah diberitahu oleh Nenek Tua, tentang tempat pemandiannya para bidadari, maka timbullah hasrat hati si Bujang Mengkurung untuk melihatnya. Sejak pulang dari rumah nenek tua itulah ia menjadi seorang yang pemalas. Ia pun mulai jarang membantu kedua orang tuanya untuk menanam padi-padian, mencarikan ubi-ubian, berburu binatang, maupun memancing ikan.
Kedua orang tuanya menjadi terkejut melihat perubahan perangai anak tunggalnya itu. Kerjanya hanya menghitung hari dan bulan. Rupanya yang dipikirkan adalah menunggu datangnya bulan purnama. Maka. Berbulan-bulanlah ia memikirkannya. Bahkan ia sering termenung seorang diri di atas bebatuan.
Pada suatu ketika didekatilah si Bujang Mengkurung oleh kedua orang tuanya, kemudian bertanya; “Hai Jang, apakah gerangan yang dipikirkan, berharian di atas batuan, bermenung tanpa kawan. Kerja tak hendak, makan tak enak, tidur pun tak nyenyak”. Maka menjawablah si Bujang Mengkurung; “Memang benar apa kata Ayah bunda, maafkan beta lupa bekerja, karena menunggu bulan purnama. Jikalau purnama menjelang tiba, izinkan lah beta ke talang nenek tua”. Setelah mendengar jawaban dari anaknya, Ayah Bundanya pun menjadi maklum adanya.
Hari kian berlari, bulan pun silih berganti. Tak seberapa lama, tibalah saat yang dinanti-nanti. Tatkala bulan purnama hendak menjelang, Si Bujang Mengkurung pun berhati riang. Maka berpamitanlah kepada kedua orang tuanya untuk pergi berkelana.
Tak lama kemudian sampailah si Bujang Mengkurung di talang nenek tua itu. Oleh karena bulan purnama tanggal empat belas semalam lagi, maka Bujang Mengkurung itupun bermalam disana. Dan keesokan harinya, Bujang Mengkurung lalu ditunjukkan oleh nenek tua, tempat pemandian ketujuh bidadari itu.
Tepat tengah hari, sampailah mereka ke tempat tujuan. Setelah mengantar Bujang Mengkurung, nenek tua itupun segera kembali ke talangnya. Bujang Kesian kemudian mencari tempat untuk persembunyiannya.
Waktu terus berputar, malampun sudah menjalar. Dari balik semak belukar, sepasang mata terus mengincar. Perasaan mulai gusar, denyut jantung pun kian berdebar. Tiba-tiba muncul bola-bola sinar kian berpijar kian berbinar. Bagaikan sinarnya halilintar, seolah membakar alam sekitar. Badan kekarpun jadi gemetar, menatap sinar dari semak belukar. Tetapi dengan hati yang sabar, Bujang Mengkurung pun tak beranjak keluar.
Dibalik kemilaunya sinar cahaya, segeralah tampak wajah-wajah elok nan juwita. “Oi, rupanya ini yang namanya bidadri, indah nian mata memandangnya. Wuah, mereka sedang melucuti pakaiannya. Aduhai elok nian tubuhnya. Sungguh beruntung sekali jikalau dapat salah satu diantaranya. Tetapi bagaimana caranya? Barangkali aku harus mencuri pakaiannya,” gumannya dalam hati si Bujang Mengkurung dengan kedua matanya yang terus menatap.
Setelah berpikir sejenak , mulailah si Bujang Mengkurung itu merayap perlahan-lahan mendekati tumpukan pakaian ketujuh bidadari itu. Disaat ketujuh bidadari itu sedang terlena, si Bujang Mengkurung lalu mengambil salah satu pakaian yang paling bawah sendiri. Dan ternyata, yang diambil itu adalah pakaian bidadari Nawang Wulan (Putri Lalan). Setelah berhasil mengambilnya, lalu dimasukkan dalam bungkusan miliknya. Si Bujang Mengkurung pun segera menjauhi tempat pemandian bidadari itu, sambil memikirkan rencana selanjutnya.
Putri Lalan dan Bujang Mengkurung
Semenjak ditinggal terbang oleh kakak-kakaknya, Putri Lalan menjadi sebatang kara. Untuk menutupi tubuhnya yang hampir telanjang, dikumpulkannya kulit-kulit pohon yang lebar-lebar, serta tangkai-tangkai yang daunnya rimbun. Dengan hati yang pasrah Putri Lalan terus berjalan tanpa tahu arah dan tujuan. Belum seberapa lama berjalan, kaki Lalan sudah terasa kecapaian. Maklum, bidadari seperti Putri Lalan memang belum pernah berjalan sampai sejauh itu.
Setelah melepas kecapaian, Putri Lalan terus melanjutkan perjalanannya, dan tak seberapa lama kemudian, sampailah ia di rawa-rawa. Rupanya si Bujang Mengkurung sudah ada di tempat itu dengan santainya mengail ikan. Tanpa ragu-ragu, Putri Lalan pun segera mendekatinya, lalu bertanya; “Wahai tuan, sedang apakah gerangan yang tuan lakukan disini?” Dengan acuh tak acuhnya si Bujang Mengkurung itu menjawabnya; “Hamba sedang mengail ikan”. Lalan kemudian melanjutkan pertanyaannya; “Adakah tuan melihat pakaian terbang hamba?” Si Bujang Mengkurung itupun hanya menggelengkan kepala.
Oleh karena diliriknya Putri Lalan tiada berpakaian layak, maka disodorkannya sehelai kain. Putri Lalan pun segera menyambutnya dengan sukacita, seraya berkata; “Duhai tuan yang baik hati, tuan sudi memberikan kain ini kepada hamba. Sudah barang tentu hamba telah berhutang budi, dan rasanya hamba ingin sekali balasnya, tetapi tiada suatu apapun yang hamba miliki.” Mengkurung pun segera menyahutnya; “Ya tuan putri nan juwita sekali, tiadalah hamba menghutangkan budi. Tetapi kalau hendak balas memberi, berikanlah hamba sebuah cinta yang tulus hati.
Putri Lalan semula tiada menyangka arah perkataan Si Bujang Mengkurung. Setelah berpikir sejenak, Putri Lalan baru menyadari bahwa dirinya tidak punya pilihan lain, kecuali menyerahkan cintanya. Dan akhirnya Putri Lalan bersedia memberikan cintanya kepada Si Bujang Mengkurung itu.
Namun demikian, Putri Lalan mempunyai persyaratan yang harus dipenuhi oleh Si Bujang Mengkurung. Adapun syaratnya tidak terlalu berat. Pertama, jangan sekali-kali menyakiti hati Putri Lalan. Kedua, antara sepasang suami- isteri jangan menyimpan rahasia dan tak boleh membohongi. Mendengar persyaratan yang diajukan oleh Putri Lalan itu, Si Bujang Mengkurung pun menyanggupinya. Si Bujang Mengkurung berjanji tidak akan menyakiti hati Putri Lalan, dan juga tidak akan membohonginya.
Setelah saling berjanji, keduanya lalu saling bertatapan, dan segera berpelukan erat. Sejak saat itulah mereka saling menyayangi, mengasihi, dan mencintai. Bujang Mengkurung pun segera mengajaknya pulang ke rumah.
Sesampainya di rumah Si Bujang Mengkurung, maka Putri Lalan segera memperkenalkan diri serta asal-usulnya. Mendengar penuturan Putri Lalan, maka kedua orang tua Si Bujang Mengkurung itupun menyambutnya dengan penuh kekaguman. “Sungguh beruntung sekali Bujang kita ini, pulang ke rumah membawa seorang bidadari,” bisik ayah Si Bujang Mengkurung kepada bininya. Ibu Si Bujang itupun balas membisik; “Ya, sebentar lagi kita akan punya menantu bidadari nan cantik jelita.”
Rupanya kedua orang tua Si Bujang Mengkurung telah sepakat untuk menikahkan anaknya. Tak lama kemudian, datanglah hari yang baik, maka Si Bujang Mengkurung dan Lalan segera dinikahkan. Oleh karena mereka hidup disebuah dusun yang terpencil, dan masih jarang penduduknya, maka upacara pernikahannya dilakukan dengan cara yang amat sederhana.
Putri Lalan pun akhirnya menjadi istri Si Bujang Mengkurung. Sebagai seorang istri, Putri Lalan selalu menunjukkan kesetiaannya kepada sang suami. Bahkan Putri Lalan terkesan amat rajin mengerjakan segala macam pekerjaan rumah. Kerjanya antara lain, membersihkan rumah, menyapu halaman, mencuci, dan memasak. Semua pekerjaan dilakukan dengan sungguh-sungguh dan rasa tulus.
Melihat Putri Lalan yang tiap hari rajin membersihkan rumah, maka Si Bujang Mengkurung pun menjadi was-was. Takut kalau-kalau pakaian terbang yang disembunyikannya di kuda-kuda (langit-langit) di atap rumahnya itu diketemukan oleh istrinya. Oleh karena itu setiap Bujang Mengkurung hendak pergi ke ladang, selalu berpesan agar jangan membersihkan langit-langit atap rumah. Putri Lalan pun selalu menurut apa yang dipesankan oleh suaminya tanpa rasa curiga sedikitpun.
Waktu terus saja berlalu, bulanpun semakin cepat berjalan. Tak disadari jalinan cinta mereka telah membuahkan hasil. Ternyata perut Putri Lalan telah menunjukkan tanda-tanda kahamilan. Dilihatnya perut Putri Lalan telah mengandung, maka giranglah hati Si Bujang Mengkurung. Demikian pula ayah-bundanya.
Setelah berjalan sembilan bulan sepuluh hari, maka lahirlah seorang anak laki-laki yang mungil. Suami-istri serta kedua orang tua Si Bujang Mengkurung segera menyambutnya dengan sukacita. Setelah dimandikan dan di bersihkan, bayi laki-laki yang mungil dan lucu itupun segera disusuinya, serta dibelainya dengan penuh kasih sayang. Si Bujang Mengkurung dan kedua orang tuanya pun juga sering menimang-nimang serta membuainya secara bergantian.
Rahasia Terbongkar
Semenjak Lalan menjadi seorang ibu, pekerjaan Putri Lalan semakin bertambah banyak. Selain memasak, mencuci pakaian, melayani suami, dan membersihkan rumah serta pekarangan, juga masih merawat, mengurus, dan membesarkan anak. Namun demikian, tiada menjadikan Putri Lalan sebagai seorang ibu yang malas, bahkan Putri Lalan semakin rajin kerjanya. Akan tetapi setiap akan membersihkan langit-langit rumah, selalu dilarang oleh Mengkurung. Padahal langit-lagit rumah itu semakin kotor, karena tidak pernah dibersihkan.
Lama-kelamaan perasaan Putri Lalan menjadi semakin tidak enak, bahkan kian bertambah curiga kepada suaminya. Ia pun sering bertanya-tanya dalam hati. Adakah gerangan yang disembunyikan, jangan-jangan ada sesuatu hal yang dirahasiakan oleh suamiku. Bukankah suamiku pernah berjanji untuk tidak menyakitiku? Pikirnya dalam hati. Sepandai-pandainya tupai melompat, pada akhirnya akan jatuh jua. Serapat-rapatnya rahasia tentang kejahatan, suatu ketika akan terbongkar juga dengan sendirinya.
Pada suatu hari, tatkala Si Bujang Mengkurung sedang ada di ladang, tiba-tiba timbul niat untuk membersihkan langi-langit rumah yang amat kotor itu. Maka, segeralah Putri Lalan mengambil tangga untuk naik ke langit-langit rumah. Setelah tangga itu dipasang, lalu naiklah ia sambil membawa sapu lidi. Beberapa saat kemudian sampailah Putri Lalan di atap rumah. Maka mulailah ia membersikan seluruh debu dan kotoran yang menempel di langit-langit rumah itu. Ketika Putri Lalan sedang menyapu di bagian kuda-kuda (kaki penyangga langit-langit rumah) terlihatlah olehnya seberkas bola sinar yang berpijar amat terang.
Putri Lalan terkejut sekali, bahkan hampir saja terjatuh. Setelah didekati dan diperiksa dengan penuh hati-hati, ternyata hanyalah sepotong bambu besar yang panjangnya sekitar satu lengan. Tetapi bambu itu sangat aneh karena memancarkan sinar yang amat terang.
Oleh karena rasa penasaran ingin tahu isinya, maka bambu itupun segera dibukanya. Betapa terkesimanya Putri Lalan, karena isinya ternyata sehelai pakaian terbangnya yang telah hilang tak tertentu rimbanya. Seketika raut wajahnya yang semula agak pucat itu telah berubah menjadi ceria. Pakaian terbangnya itu segera dipegangnya erat-erat, lalu segera dibawanya turun. Kemudian bergegas ia menyembunyikan pakaian terbangnya itu. “Tiada sangka aku bisa menemukan pakaian terbangku kembali. Inilah rupanya rahasia yang disimpan oleh suamiku,” gumannya dalam batin.
Tak lama kemudian pulanglah Si Bujang Mengkurung dari ladangnya. Seperti biasanya, Putri Lalan pun segera menyiapkan makanan untuknya. Hal itu sengaja dilakukan agar suaminya tiada menaruh curiga kepadanya. Pada saat itulah Putri Lalan sengaja mencoba mengutarakan keinginannya lagi untuk membersihkan langit-langit rumah. Tetapi Bujang Mengkurung masih tetap melarangnya. Ketika Putri Lalan menanyakan sebab musababnya, tiba-tiba Bujang Mengkurung sangat marah dan membentaknya keras-keras.
Putri Lalan yang belum pernah diperlakukan kasar seperti itu, lalu menangis tersedu-sedu, seraya berucap ; “Mengapa kanda tega membentak dinda yang selalu setia, bukankah kanda pernah berjanji takkan menyakiti hati dinda”? Bujang Mengkurung pun membalasnya; “Jikalau dinda tiada memulai, tentu kandapun tiada memarahi. Maka kanda ingatkan, jangan lagi dinda menanyakan apa yang aku larangkan.
Mendapat jawaban yang tak diharapkan itu, hati Lalan semakin remuk redam. Namun demikian Putri Lalan masih merahasiakan hasil temuannya. Putri Lalan hanya ingin menguji sampai dimana ketulusan dan kejujuran suaminya itu. Oleh karena dinilainya sudah tidak jujur dan tulus lagi, maka Putri Lalan berniat akan meninggalkannya.
Sejak kejadian itulah tiba-tiba Putri Lalan jadi rindu kepada Ayah Bundanya, serta kakak-kakaknya di kayangan. “Barangkali memang sudah tertebus dosa-dosa hamba, maka sudah saatnya pula hamba harus kembali ke kayangan,” tekadnya dalam hati. Pada keesokan harinya, setelah Bujang Mengkurung pergi berladang, Putri Lalan pun mempersiapkan diri, hendak meninggalkan sang suami. Baju terbangnya telah disandang, anaknya pun digendong belakang. Maka segeralah ia menemui Si Bujang Mengkurung yang sedang berladang.
Bujang Mengkurung pun terkejut melihat Putri Lalan datang dengan memakai baju terbangnya sambil menggendong anaknya. Belum sempat Bujang Mengkurung bertanya, Putri Lalan pun telah mendahului berkata; “Wahai Kanda tersayang, kini tibalah saatnya perpisahan. Dinda bersama anakanda hendak kembali ke kayangan, meninggalkan kanda seorang. Jikalau Kanda kelak rindu nian, pandanglah saja dari kejauhan, karena dinda berdua dalam rembulan.” Putri Lalan pun segera terbang pelan-pelan, meninggalkan Bujang Mengkurung.
Setelah dilihatnya Putri Lalan terbang bersama anaknya, maka menjeritlah keras-keras Si Bujang Mengkurung: “Lalaaan beleeek! Lalaaan beleeek! Lalaaan beleeek! ( belek artinya kembali).
Kembali ke Kayangan
Ceriteranya, tatkala keenam kakak-kakak Putri Lalan itu sampai di kayangan, maka segeralah mereka berenam menghadap Ayah Bundanya. Apapun yang akan menimpanya, mereka sudah pasrah dan siap menerima hukuman. Keenam kakak beradik itu telah memaklumi, bahwa kasih sayang Ayah Bundanya terhadap si bungsu Putri Lalan amatlah sangat mendalam. Oleh karenanya, merekapun tentunya mendapat marah dan hukuman yang berat.
Benarlah apa yang telah mereka ramalkan berenam. Setelah mendengar cerita keenam anaknya, dan tidak melihat Putri Lalan di hadapannya, maka terkejutlah Ayah Bundanya. Bahkan karena amat sayangnya, Bundanya pun terus jatuh pingsan tak sadarkan diri. Sedangkan Ayahandanya meluapkan amarahnya kepada mereka berenam. Kemudian mereka berenam tidak diperbolehkan masuk rumah, hingga adiknya Putri Lalan kembali lagi ke kayangan.
Maka sejak itulah, keenam kakak beradik pun hidupnya terlantar. Kerjanya tiap hari hanya termenung sambil berdendang pilu, meratapi si bungsu Putri Lalan yang amat dicintainya. “Oi, Putri Lalan belek ne asoak, tumitne awea teno desoak”, begitulah dendang pilunya keenam kakak Putri Lalan.
Mereka sangat menyesal karena telah menuruti keinginan adiknya yang ternyata berakibat sangat fatal. Apa gunanya penyesalan, jikalau sudah kejadian. Padahal para dewa telah membuat larangan, itulah akibat dari pelanggaran.
Setelah sekian tahun lamanya, tiba-tiba Putri Lalan muncul dihadapan kakaknya. Mereka terperanjat melihat si bungsu Putri Lalan kembali dengan menggendong anak di belakangnya. Oleh karena sudah menanggung rindu yang amat mendalam, maka merekapun segera menyambutnya dengan sukacita, serta saling berebut duluan untuk memeluk putri Lalan erat-erat.
Keenam kakaknya itu kemudian berlari menghadap Ayah Bundanya, seraya berteriak dengan kerasnya; “nek inok! Putri Lalan belek! Putri Lalan belek, nek inok! Putri Lalan belek! Putri Lalan belek! (Ayah- Bunda! Putri Lalan pulang ! Putri Lalan pulang ! nek inok! Putri Lalan pulang ! Putri Lalan pulang !). Setelah melihat kembali si bungsu Putri Lalan yang telah lama menghilang, maka kedua Ayah Bundanya pun menyambutnya dengan girang bercampur haru.
Tempat Mandi Bidadari
Alkisah, disuatu dusun yang masih belantara, terdapatlah sebuah bulak (tempat pemandian alam) yang sangat jernih mata airnya. Konon ceritanya, ditengah malam hari setiap bulan purnama tanggal empat belas, selalu didatangi oleh tujuh bidadari cantik dari kayangan yang hendak berhajat mandi dan bersukacita.
Bulak tempat mandi-mandi ketujuh bidadari dari kayangan itu memang masih perawan, karena memang belum pernah ada seorangpun yang datang dan mandi disana. Di bulak itulah ketujuh bidadari kayangan selalu mandi dan bermain dengan bebas serta bersukacita.
Kejadian itupun terus berulang-ulang pada tengah malam setiap bulan purnama yang keempat belas. Setelah usai mandi dan bersenang-senang, ketujuh bidadari itupun kembali lagi terbang ke kayangan, tempat tinggal para dewa. Air bulak bekas yang habis dipakai untuk mandi-mandi para bidadari itu, selalu menimbulkan bau wewangian yang amat harum sekali. Konon kabarnya harum wewangian di sekitar bulak itu tidak hilang-hilang sampai tujuh hari lamanya.
Namun demikian, lambat laun tempat mandi-mandi para bidadari itupun diketahui oleh salah seorang nenek tua. Kebetulan nenek tua, penghuni di talang itu tempat tinggalnya tidak terlalu jauh dari tempat mandi-mandi para bidadari.
Semula, pada suatu tengah malam di bulan purnama yang keempat belas, nenek tua itu terjaga dari tidurnya, karena dari arah kejauhan mendengar ada suara banyak orang sedang mandi. Maka nenek tua itu keluar dari talangnya dan segeralah menuju ke arah datangnya suara itu. Setelah nenek tua itu mendekati bulak dengan amat perlahan-lahan, maka tertegunkah nenek tua itu melihatnya. Tak lama kemudian, ketujuh bidadari itupun segera terbang ke angkasa menuju kayangan.Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-58743140875333356202009-05-15T20:40:00.000+07:002009-05-15T20:45:20.135+07:00PANTUN REJANGini adalah salah satu seni pantun suku rejang, yang berhasil di rekam oleh Prof. Margaret J. Kartomi yang di rekam di Lubuk Banyau unit V pada tahun 1983 dari Monash University, Australia. Jika didengar bahasa yang di pakai adalah bahasa rejang bagian utara,
seni berpantun ini memakai alat musik tiup yang di buat dari batang padi yang dikenal dengan nama Bet Bet dan alat musik pukul sejenis rebana besar.
pantun ini jika merupakan pantun muda mudi,dimana pantun ini biasanya dilakukan pada malam hari ketika para bujang mendatangi para gadis.
jika didengar dalam pantun tersebut terlihat jika kata-kata pantun itu saling bersahutan ( berbalas )
namun sayang sebagian sair dari pantun tersebut terdengar tidak begitu jelas
Syair Pantun Laluin *
Kunai daet umak belando**
Dalen tebing nak dipoa unen
Dio Cacet Nasieb yo malang
Ibarat guting becabang duwai
men kunamen repeye epet
lak kumacang kedulo uai
men kunamen dalen moi lenget
niyok atoi cemito cigai
anak kan seniyeb bae
lok te masen silai ku cigai
anok etun kemeliak bae
lok masen caci ku cigai
pun salok nak dipoa unen
...........keme nak iding tebing
ko calok keme bi namen
betemau mbeak calok miling
pun salok nak dipoa unen
...........keme nak iding tebing
udi calok keme bi namen
keme bi coa de banding
kulak mendoi mendoi ba e di
bio ne dees ekan ne daw
lok ijai ijai ba di
tun ne baes saret edaw
alang kedaw putung telunguk
naeb si elai bi etun tebang
lang kedaw etun telunguk
baes kilai si anok gaang
ikan sepat berenang-renang
di tepian dilumbung padi
siang.................malam terkenang
Waktu tiduk nampak di mimpi
Bi an bi an temanem....
Bi an bi an temanen su ie
Bi an bi an ite bi bundak
Memen sebilai ite bece ie
ini adalah salah satu seni pantun suku rejang, yang berhasil di rekam oleh Prof. Margaret J. Kartomi yang di rekam di Lubuk Banyau unit V pada tahun 1983 dari Monash University, Australia. Jika didengar bahasa yang di pakai adalah bahasa rejang bagian utara,
seni berpantun ini memakai alat musik tiup yang di buat dari batang padi yang dikenal dengan nama Bet Bet dan alat musik pukul sejenis rebana besar.
pantun ini jika merupakan pantun muda mudi,dimana pantun ini biasanya dilakukan pada malam hari ketika para bujang mendatangi para gadis.
jika didengar dalam pantun tersebut terlihat jika kata-kata pantun itu saling bersahutan ( berbalas )Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-46981135881634113522009-05-15T20:29:00.000+07:002009-05-15T20:31:23.081+07:00Bengkulu- Wakil Ketua DPRD<span style="font-size:100%;">Bengkulu- Wakil Ketua DPRD Kodia Bengkulu, Mahidin Atu (53), serta Zulkifli Ismail (60), masing-masing divonis tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Argamakmur, Bengkulu Utara, Sabtu, setelah terbukti bersalah memeras dan menghasut massa untuk berbuat onar, sehingga merugikan sebuah perusahaan PMA yang bergerak di sektor perkebunan. Majelis hakim yang diketuai Solahuddin SH dalam amar putusannya menyebutkan, kejahatan itu dilakukan kedua terdakwa di lokasi PT. Agromuko, Desa Saribulan, Kabupaten Bengkulu Utara, 17 Januari lalu, sehingga korban menderita kerugian materi sekitar Rp 900 juta. Perbuatan itu berawal dari pembicaraan kedua terdakwa dengan sejumlah saksi di rumah Zaibul di Desa Teras Perujam, Kec. Teras Perujam, Bengkulu Utara, pada pertengahan Desember tahun lalu, menyangkut ganti rugi atas tanah yang belum pernah diberikan Agromuko pada warga di empat desa terkait. Pertemuan itu antara lain memutuskan bahwa terdakwa atasnama warga Desa Teras Terujam, Saribulan, Air Dikit, dan Desa Lubuk Sahung, akan menuntut ganti rugi kepada Agromuko sebesar Rp 16 miliar lebih, dengan cara melakukan demo ke perusahaan itu pada 17 Januari 2000. Pada hari H, atas provokasi kedua terdakwa, sekitar 500 warga setempat masuk secara paksa ke lokasi perkebunan setelah merusak portal (gerbang), dilanjutkan dengan aksi perusakan dan pembakaran perkantoran, balai pengobatan, gudang pupuk, pos Satpam, dan sejumlah rumah dinas milik perusahaan yang berkantor pusat di Medan, Sumut, ini. Dalam keadaan terpaksa, kata hakim, pihak perusahaan menandatangani berita acara ganti rugi atas tanah dimaksud sejumlah Rp 16 miliar lebih, yang sebelumnya telah dipersiapkan secara sepihak oleh terdakwa. Mahidin bersama Zulkifli Ismail, ditahan kejaksaaan di Rutan Argamakmur sejak 28 April lalu. Dalam persidangan, mereka didampingi oleh sejumlah pengacara, diantaranya Ansyari Bachsin, John Tandukalo, dan Aizan. Oleh Jaksa Hupoyo, kedua terdakwa sebelumnya dituntut masing-masing sembilan tahun penjara. Menurut majelis hakim, yang meringankan bagi kedua terdakwa, mereka belum pernah dihukum, dan masing-masing masih mempunyai tanggungan keluarga, sementara yang memberatkan antara lain, mereka memungkiri semua tuduhan jaksa dalam persidangan. "Terlebih lagi, Mahidin sebagai anggota dewan yang terhormat, dan Zulkifli yang mengaku sebagai konsultan hukum, tidak mampu memberikan contoh yang baik di tengah masyarakat. Apalagi, perbuatan kedua terdakwa itu dapat menimbulkan rasa tidak aman bagi investor asing di negeri ini," ujar hakim.(ant)
< Bengkulu- Wakil Ketua DPRD Kodia Bengkulu, Mahidin Atu (53), serta Zulkifli Ismail (60), masing-masing divonis tujuh tahun penjara oleh Pengadilan Negeri Argamakmur, Bengkulu Utara, Sabtu, setelah terbukti bersalah memeras dan menghasut massa untuk berbuat onar, sehingga merugikan sebuah perusahaan PMA yang bergerak di sektor perkebunan. Majelis hakim yang diketuai Solahuddin SH dalam amar putusannya menyebutkan, kejahatan itu dilakukan kedua terdakwa di lokasi PT. Agromuko, Desa Saribulan, Kabupaten Bengkulu Utara, 17 Januari lalu, sehingga korban menderita kerugian materi sekitar Rp 900 juta. Perbuatan itu berawal dari pembicaraan kedua terdakwa dengan sejumlah saksi di rumah Zaibul di Desa Teras Perujam, Kec. Teras Perujam, Bengkulu Utara, pada pertengahan Desember tahun lalu, menyangkut ganti rugi atas tanah yang belum pernah diberikan Agromuko pada warga di empat desa terkait. Pertemuan itu antara lain memutuskan bahwa terdakwa atasnama warga Desa Teras Terujam, Saribulan, Air Dikit, dan Desa Lubuk Sahung, akan menuntut ganti rugi kepada Agromuko sebesar Rp 16 miliar lebih, dengan cara melakukan demo ke perusahaan itu pada 17 Januari 2000. Pada hari H, atas provokasi kedua terdakwa, sekitar 500 warga setempat masuk secara paksa ke lokasi perkebunan setelah merusak portal (gerbang), dilanjutkan dengan aksi perusakan dan pembakaran perkantoran, balai pengobatan, gudang pupuk, pos Satpam, dan sejumlah rumah dinas milik perusahaan yang berkantor pusat di Medan, Sumut, ini. Dalam keadaan terpaksa, kata hakim, pihak perusahaan menandatangani berita acara ganti rugi atas tanah dimaksud sejumlah Rp 16 miliar lebih, yang sebelumnya telah dipersiapkan secara sepihak oleh terdakwa. Mahidin bersama Zulkifli Ismail, ditahan kejaksaaan di Rutan Argamakmur sejak 28 April lalu. Dalam persidangan, mereka didampingi oleh sejumlah pengacara, diantaranya Ansyari Bachsin, John Tandukalo, dan Aizan. Oleh Jaksa Hupoyo, kedua terdakwa sebelumnya dituntut masing-masing sembilan tahun penjara. Menurut majelis hakim, yang meringankan bagi kedua terdakwa, mereka belum pernah dihukum, dan masing-masing masih mempunyai tanggungan keluarga, sementara yang memberatkan antara lain, mereka memungkiri semua tuduhan jaksa dalam persidangan. "Terlebih lagi, Mahidin sebagai anggota dewan yang terhormat, dan Zulkifli yang mengaku sebagai konsultan hukum, tidak mampu memberikan contoh yang baik di tengah masyarakat. Apalagi, perbuatan kedua terdakwa itu dapat menimbulkan rasa tidak aman bagi investor asing di negeri ini," ujar hakim.(ant)
</span>Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-8659249487558322849.post-41452629194578917392009-05-15T17:47:00.000+07:002009-05-16T21:50:29.549+07:00Arga MakmurArga Makmur Adalah Kota Terpadu,aman,bersih dan tentram, Arga Makmur terletak di Wilaya Propinsi Bengkulu Utara Lebih Kurang 97 Km dari Kota Madya Propinsi Bengkulu.Welcome Arga Makmurhttp://www.blogger.com/profile/13111061343183237726noreply@blogger.com0